Bisnis.com, JAKARTA - Office of Chief Economist Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan tahun 2021 bisa lebih rendah dari proyeksi awal tahun yang sebesar 5 persen.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan peningkatan kasus Covid-19 pada bulan Juni bisa menghambat laju pemulihan ekonomi, yang selanjutnya bisa berdampak pada pelemahan pertumbuhan kredit.
"Pengalaman peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi pada Januari 2021, membutuhkan waktu sekitar tiga bulan menekan kasus tambahan menjadi level normal sekitar 5000 hingga 6000 kasus per hari," katanya dalam analisis kinerja industri Bank Mandiri, Selasa (6/7/2021).
Dia menyampaikan kontraksi pertumbuhan kredit perbankan nasional mengecil pada April 2021. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) terbaru, pertumbuhan kredit perbankan pada April 2021 terkontraksi sebesar -2,3 persen year-on-year (yoy), dengan nilai total kredit sebesar Rp5.482,2 triliun.
Dia memaparkan kontraksi pertumbuhan kredit April 2021 ini lebih kecil dibandingkan kontraksi pada Maret 2021 yang sebesar 3,8 persen yoy. Secara month-on-month (mom), pertumbuhan kredit pada April 2021 masih terkontraksi sebesar -0,3 persen.
"Namun demikian, secara year-to-date pertumbuhan kredit per April 2021 sudah menunjukkan angka positif meskipun masih sangat kecil, yaitu sebesar 0,01 persen," sebutnya.
Baca Juga
Sebagai tambahan, berdasarkan siaran pers singkat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai perkembangan kredit yang sudah sampai bulan Mei 2021 menyatakan, kontraksi pertumbuhan kredit pada Mei 2021 kembali mengecil menjadi -1,23 persen yoy. Penyaluran kredit ke sektor-sektor utama lapangan usaha (LU) membaik.
Pada April 2021, penyaluran kredit ke sektor perdagangan besar dan eceran (dengan pangsa pasar sebesar 24,0 persen dari total kredit LU) terkontraksi lebih kecil sebesar -3,1 persen yoy (vs. -5,9 persen yoy Maret 2021) atau terkontraksi sebesar 0,03 persen ytd, namun secara mom tumbuh positif sebesar 0,1 persen.
Penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan (22,6 persen dari total kredit LU) pada April 2021 terkontraksi lebih kecil sebesar -4,9 persen yoy (vs -7,1 persen yoy Maret 2021); atau terkontraksi sebesar -1,0 persen ytd, sedangkan secara mom terkontraksi sebesar -0,9 persen.
Sementara itu, penyaluran kredit ke sektor pertanian, perburuan dan kehutanan (10,0 persen dari total kredit LU) tumbuh positif dan meningkat secara yoy sebesar 3,0 persen (vs. 1,9 persen yoy Maret 2021); atau meningkat sebesar 1,3 persen ytd; atau secara mom tumbuh sebesar 0,1 persen.
Untuk kredit konsumsi, kredit pemilikan kendaraan bermotor pada April 2021 terkontraksi menjadi 27,6 persen yoy (vs.-28,9 persen yoy Maret 2021); atau terkontraksi sebesar -4,9 persen ytd; atau terkontraksi sebesar-1,1 persen secara mom.
Sementara itu, kredit untuk pemilikan rumah tinggal pada April 2021 tumbuh positif, yaitu sebesar 5,6 persen yoy (vs. 4,3 persen yoy Maret 2021); atau tumbuh 2,4 persen ytd; atau secara mom meningkat sebesar 1,1 persen. Kualitas kredit menurun pada April 2021.
Non Performing Loan (NPL) per April 2021 tercatat sebesar 3,22 persen, meningkat dibandingkan posisi Maret 2021 yang sebesar 3,17 persen.
Beberapa sektor dengan NPL tertinggi pada April 2021 adalah sektor pertambangan dan penggalian 7,66 persen (vs. 7,51 persen Maret 2021), penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum 6,04 persen (vs. 5,99 persen Maret 2021), perikanan 5,69 persen (vs. 5,53 persen Maret 2021), industri pengolahan 4,71 persen (vs. 4,73 persen Maret 2021), dan perdagangan 4,58 persen (vs 4,52 persen Maret 2021).