Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mencatat adanya kenaikan penetrasi asuransi pada semester I/2021 seiring tumbuhnya kinerja industri asuransi. Kenaikan itu dinilai mencerminkan tingginya kebutuhan asuransi di masa pandemi Covid-19.
Deputi Direktur Pengawasan Asuransi OJK Kristianto Andi Handoko menjelaskan bahwa terjadi tren positif dari penetrasi asuransi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, penetrasi asuransi di Indonesia relatif stagnan dan masih berada di angka yang kecil.
Pada 2019, penetrasi asuransi berada di angka 2,81 persen. Lalu, pada 2020 jumlahnya meningkat menjadi 2,92 persen, dan pada Juni 2021 kembali meningkat menjadi 3,11 persen, sehingga menjadi sinyal positif bagi industri asuransi.
"Dari sisi penertrasi dan densitas mencerminkan bahwa konsumen ini spending lebih untuk membeli produk asuransi," ujar Kristianto pada Kamis (30/7/2021).
Tingkat densitas asuransi atau nilai premi yang dibandingkan dengan jumlah penduduk turut mengalami tren serupa. Pada 2019, densitas asuransi berada di angka Rp1,67 juta dan pada 2020 menjadi Rp1,74 juta per orangnya. "Juni 2021 [penetrasi asuransi] sudah di angka Rp1,78 juta," ujarnya.
OJK menilai bahwa pertumbuhan penetrasi dan densitas asuransi itu ditopang oleh kinerja industri asuransi yang positif, tercatat berada di atas target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah sebesar 3,7 persen–4,5 persen. Kristianto menjabarkan bahwa pada enam bulan pertama, aset asuransi jiwa tumbuh 4,14 persen dan asuransi umum mencapai 10 persen.
Baca Juga
Kenaikan aset itu ditopang oleh perolehan premi yang sangat mengembirakan. Berdasarkan catatan OJK, industri asuransi jiwa membukukan pertumbuhan premi 18,35 persen per Juni 2021, sedangkan asuransi umum tumbuh 2,5 persen pada paruh pertama tahun ini.
"Sejak akhir tahun lalu sampai dengan Juni tahun ini pertumbuhannya sudah cukup signifikan. Ditemukannya vaksin, lalu masyarakat sudah mulai vaksin, protokol kesehatan, ini mendukung kinerja asuransi juga. Pemahaman atas kebutuhan perlindungan kesehatan ini menjadikan konsumen tertarik untuk membeli produk asuransi," ujar Kristianto.