Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan dinilai memiliki potensi untuk melanjutkan tren percetakan laba positif pada paruh kedua tahun ini.
Staf Ahli Pusat Studi BUMN sekaligus pengamat perbankan Paul Sutaryono menyampaikan pertumbuhan kredit perbankan sudah positif pada semester pertama tahun ini dan masih berpotensi berlanjut hingga akhir tahun yang juga akan berdampak pada kinerja laba.
Dia menyampaikan likuiditas perbankan saat ini sudah terlalu banyak dan justru memberi beban pada perbankan jika tidak segera disalurkan.
"Tidak alasan bagi bank untuk tidak menggenjot kucuran kredit karena likuiditas perbankan sedang melimpah. Bank juga sudah gencar menggandeng fintech untuk memperderas penyaluran kredit," katanya kepada Bisnis, Minggu (1/8/2021).
Kendati demikian, Paul tetap menggarisbawahi bahwa keberhasilan upaya mengelola pandemi menjadi kunci utama bagi pertumbuhan kredit perbankan nasional.
Oleh karena itu, jika evaluasi PPKM Darurat menunjukkan positif, maka kemungkinan besar aturan itu akan diperpanjang pada level yang lebih rendah.
Lebih lanjut, menurutnya bank perlu menggenjot kinerja meski harus memperlebar risk appatite. Bank perlu lebih berani mengambil risiko yang sudah diperhitungkan (calculated risk).
"Jika tidak, akibatnya, rasio kredit bermasalah juga akan tertekan. Hal itu bisa mendorong kenaikan cadangan bahkan dapat menggerus modal. Padahal modal harus terus dikerek tinggi-tinggi mengingat modal sebagai elemen utama bagi sektor jasa keuangan seperti perbankan, pembiayaan dan perasuransian," katanya.
Lagi pula, dia menyampaikan perbankan sejauh ini memiliki rasio kecukupan moodal yang kuat. Bahkan bank-bank pelat merah sudah siap dengan rencana penyuntikan modal baru untuk meningkatkan lagi kapasitas modalnya di tengah ketidak pastian ini.
"Untuk itu, bank pun wajib menggenjot tingkat efisiensi lebih tinggi. Bagaimana kiatnya, yakni menyediakan aneka produk berbasis IT," imbuhnya.