Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Orang Tajir RI Masih Ogah Belanja, Ini Buktinya

Nasabah kaya dengan simpanan di atas Rp5 miliar masih enggan untuk membelanjakan uangnya. Hal ini terlihat dari data-data yang dipaparkan LPS.
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Banjir likuiditas perbankan masih berlanjut sampai dengan pertengahan tahun ini.

Hal itu tercermin dari nominal simpanan yang tumbuh dua digit dalam tiga bulan terakhir. Nominal simpanan pada April dan Mei 2021 tumbuh masing-msaing 10,8 persen yoy.

Terbaru, data distribusi simpanan yang dirilis LPS mencatat nominal simpanan pada Juni 2021 sebesar Rp7.037 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 10,9 persen yoy.

Simpanan dengan nominal di atas Rp5 miliar tercatat meningkat 15,8 persen yoy, atau naik paling tinggi dibandingkan dengan tier simpanan lainnya. Adapun jumlah rekening simpanan di atas Rp5 miliar naik 9,9 persen yoy menjadi 113.846 rekening.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menilai perkembangan simpanan tersebut cukup menggembirakan. Hal itu menunjukan kepercayaan terhadap sistem perbankan tetap tinggi.

Sementara simpanan di atas Rp5 miliar tumbuh lebih tinggi dibandingkan yang lain, merupakan indikator bahwa orang berduit masih enggan belanja atau menunjukkan sebagian perusahaan masih wait and see.

"Tapi, kalau saya lihat ke depan, peluang mereka untuk belanja akan semakin besar. Artinya, dorongan terhadap perekonomian juga akan semakin besar," katanya ketika dikonfirmasi, Kamis (12/8/2021).

Menurutnya, hal itu dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama, suku bunga deposito atau simpanan yang cenderung turun mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia maupun LPS berada pada level yang rendah.

Penurunan suku bunga deposito dipengaruhi antara lain oleh suku bunga acuan yang rendah di BI dan LPS. Bahkan ke depan masih ada ruang bagi suku bunga penjaminan LPS kembali turun.

Selain itu, ada perubahan implementasi kebijakan moneter dan fiskal yang amat signifikan. Saat ini pertumbuhan uang yang ada di sistem perekonomian nasional jauh lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya.

"Artinya, akan ada lebih banyak uang yang memperebutkan kredit. Hal ini akan memberikan tekanan ke bawah kepada suku bunga kredit," imbuhnya.

Sementara itu, lanjutnya, bank tidak perlu memberi iming-iming bunga deposito tinggi karena likuiditas sudah bertambah secara nyata. Hal ini terlihat dari bertambahnya uang di sistem perekonomian.

"Jadi, untuk semester II saya melihat suku bunga deposito akan cenderung turun, demikian juga dengan suku bunga kredit," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper