Bisnis.com, JAKARTA -- Bank-bank besar di Indonesia mencatatkan pertumbuhan aset pada semester I/2021 kendati pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Pertumbuhan aset tersebut dibarengi dengan laba yang juga mengalami kenaikan setelah tertekan pada tahun lalu akibat Covid-19.
Kendati demikian, dalam peringkat bank nasional berdasarkan aset hingga semester I/2021 belum banyak mengalami perubahan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dari sisi pertumbuhan aset, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mencatatkan kenaikan paling agresif di antara bank lainnya.
Selain itu, tiga bank besar tercatat memiliki aset di atas Rp1.000 triliun, sejak awal tahun ini. Sebelumnya, hanya 2 bank yang memiliki aset di atas Rp1.000 triliun, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Berikut daftar lima bank terbesar di Indonesia berdasarkan nilai aset pada laporan keuangan semester I/2021:
1. Bank Mandiri
Bank Mandiri./Dok. Pubex 2020
Secara konsolidasi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. masih memiliki aset perbankan nasional terbesar, yang mencapai Rp1.580,52 triliun.
Aset ini naik 16,26 persen yoy, yang utamanya didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri yang mencapai 19,73 persen yoy, serta konsolidasi laporan keuangan pada PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Adapun penyaluran kredit naik 16,37 persen secara tahunan menjadi Rp1.014,3. Dari total DPK, Bank Mandiri mencatatkan komposisi dana murah sebesar 68,49 persen atau mencapai Rp800,8 triliun.
Bank berlogo pita emas itu, membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp12,5 triliun atau tumbuh 21,45 persen secara yoy. Pertumbuhan laba terutama disokong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 21,50 persen yoy menjadi Rp35,16 triliun.
Selain itu, pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang tumbuh sebesar 17,27 persen yoy menjadi Rp15,94 triliun, turut menopang pertumbuhan laba.
2. BRI
Nasabah melakukan transaksi perbankan melalui anjungan tunai manditi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berada di posisi kedua dengan aset senilai Rp1.450,90 triliun. Aset bank yang fokus pada segmen UMKM tersebut naik moderat 4,6 persen secara tahunan pada paruh pertama tahun ini.
Keluarnya anak usaha syariah untuk merger menjadi Bank BSI menggerus pertumbuhan dana pihak ketiga Bank BRI yang konsisten dua digit tahun lalu menjadi hanya 2,2 persen pada semester pertama 2021.
Kendati demikian, perseroan nampak cukup optimis untuk kembali meningkatkan aset dengan rencana pembentukan holding ultra mikro pada akhir tahun ini. Perseroan akan mendapat aset dari PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero), yang nilainya lebih dari Rp100 triliun.
BRI juga berpotensi mendapatkan dana dari investor publik yang ikut penyuntikan modal melalui rights issue senilai Rp41 triliun serta konsolidasi laba holding.
Pada akhir Juni 2021, BBRI membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp12,47 triliun atau tumbuh 22,54 persen yoy. Penyaluran kredit BRI secara konsolidasian sebesar Rp929,40 triliun, tumbuh positif dibandingkan dengan penyaluran kredit BRI pada akhir kuartal II 2020 sebesar Rp922,97 triliun.
Dari sisi liabilities, BRI mampu mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 2,23 persen yoy, atau tercatat sebesar Rp1.096,45 triliun pada akhir Juni 2021. Dana murah (CASA) masih mendominasi struktur pendanaan BRI, di mana tercatat sebesar 59,56 persen atau tumbuh signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 55,81 persen.
3. BCA
Pekerja membersihkan dinding kantor Bank Central Asia (BCA) di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (16/6/2020). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Pada peringkat ketiga, PT Bank Central Asia Tbk. masih terus memacu peningkatan asetnya. Nilai aset bank swasta terbesar nasional ini Rp1.129,49 triliun dengan pertumbuhan 15,8 persen.
Dana pihak ketiga perseroan naik sangat signifikan yakni 17,5 persen secara tahunan, dengan pertumbuhan dana murah mencapai 21 persen secara tahunan. Sementara, deposito naik moderat 6,8 persen dengan suku bunga yang sudah semakin tipis.
BCA membukukan laba sebesar Rp14,5 triliun pada semester I/2021. Laba tersebut tumbuh 18,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Total kredit BCA stabil di angka Rp593,6 triliun pada Juni 2021, didukung oleh segmen korporasi, KPR, dan kartu kredit.
Adapun, dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dana murah (CASA) naik 21,0 persen YoY menjadi Rp697,1 triliun dan deposito berjangka meningkat 6,8 persen YoY mencapai Rp198,2 triliun. Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga tumbuh 17,5 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp895,2 triliun, sehingga mendorong total aset naik 15,8 persen YoY menjadi Rp1.129,5 triliun pada akhir Juni 2021.
4. BNI
Nasabah bertransaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik Bank Negara Indonesia (BNI) di Jakarta, Kamis (11/6). Bisnis/Nurul Hidayat
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. masih cukup anteng pada posisi keempat. Aset perseroan tercatat Rp875,14 triliun dengan pertumbuhan moderat 5,0 persen secara tahunan pada paruh pertama tahun ini.
Dana pihak ketiga tumbuh 4,5 persen. Kendati demikian, dana murah naik signifikan yakni sebesar 11,5 persen. Perseroan hanya mengurangi deposito 8,7 persen secara tahunan pada paruh pertama tahun ini.
BNI pun mencatatkan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp5,03 triliun atau tumbuh 12,80 persen secara tahunan dengan pertumbuhan kredit sebesar 4,5 persen yoy sehingga total kreditnya mencapai Rp569,7 triliun.
5. BTN
Suasana layanan di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk di Jakarta, Senin (8/1)./JIBI-Dedi Gunawan
Pada posisi kelima diisi oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pertumbuhan aset perseroan tercatat paling agresif yakni 20,95 persen secara tahunan menjadi Rp380,51 triliun.
Dana pihak ketiga tercatat naik hingga 31,84 persen dengan pertumbuhan pembiayaan yang mencapai 5,59 persen secara tahunan. Pada semester I/2021, BBTN mencatatkan laba bersih sebesar Rp920,07 miliar atau tumbuh 19,87 persen yoy.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch. Amin Nurdin mengatakan setiap perbankan tentu akan mengejar peningkatan aset lebih kuat, terutama posisi teratas.
Terlebih ini akan menjadi kebanggan dan juga acuan bagi investor. Aset yang besar juga menggambarkan sumber daya yang besar pula untuk pengembangan bisnis yang lebih kuat.
"Tentu ke depan persaingan peningkatan aset tetap akan sengit," katanya kepada Bisnis, belum lama ini.