Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. berhasil menerbitkan obligasi global dalam bentuk perpetual bond senilai US$600 juta yang disambut dengan antusiasme tinggi investor luar negeri.
Berdasarkan sumber Bisnis, bank BUMN berkode saham BBNI ini meraih pemesanan (order) dari para investor hingga mencapai US$2,95 miliar, atau oversubscribed sebanyak 4,9 kali. Perpetual Bond BNI meraih kupon final 4,3 persen, lebih rendah 40 basis poin dari kupon sewaktu penawaran awal di area 4,7 persen.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraeni membenarkan informasi tersebut. Menurutnya, antusiasme investor sudah terlihat semenjak penawaran awal (bookbuilding).
“Peminatnya sangat tinggi. Pada saat bookbuilding investor yang mau beli sampai 5,8 kali oversubscribed,” jelas dia kepada Bisnis, Jumat (17/9/2021).
Novita menambahkan, penerbitan perpetual bond non-callable 5,5 tahun ini bertujuan untuk memperkuat modal tier 1 BNI. Menurutnya, saat ini tier 1 capital BNI sebenarnya sangat sehat karena sudah jauh di atas ketentuan minimal regulator.
“Dengan penerbitan perpetual bond ini akan menambah sekitar 1,4 persen tier 1 rasio BNI. Ini akan membuat tier 1 BNI sejajar dengan bank besar lain. Tentu manfaatnya BNI bisa memiliki room yang lebih besar untuk tumbuh,” jelas dia.
Baca Juga
BBNI telah meraih peringkat Ba3 (hyb) oleh Moody's Investors Service untuk surat utang tambahan Tier 1 (AT1) berdenominasi dolar AS. “Ini adalah instrumen modal AT1 pertama yang memenuhi standar Basel III yang diterbitkan oleh bank asal Indonesia,” tulis riset Moody’s, Rabu (15/9/2021).
Peringkat tersebut diberikan berdasarkan draft dokumen yang direview oleh Moody's, yang diperkirakan tidak akan berbeda secara material dari dokumentasi akhir.
Peringkat Ba3 (hyb) yang disematkan Moody’s tersebut tiga tingkat di bawah Adjusted Baseline Credit Assessment (BCA) baa3 BNI, yang mencerminkan risiko non-kumulatif penangguhan kupon dan penurunan nilai pokok pada saat tidak layak, serta subordinasi pada saat likuidasi.