Bisnis.com, JAKARTA - Industri asuransi umum dan asuransi jiwa sama-sama mendapatkan berkah dari tumbuhnya literasi digital masyarakat Indonesia di era pandemi.
Deputi Direktur Pengawasan Asuransi II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianto Andi Handoko mengungkap hal ini tercermin dari masih moncernya kinerja keuangan keseluruhan industri.
Sampai Juli 2021, aset industri tumbuh lebih dari 9 persen (year-on-year/yoy), sementara pendapatan premi tumbuh dua digit mencapai 11,97 persen (yoy) ketimbang periode sebelumnya.
Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengaruh digitalisasi buat industri asuransi jiwa lebih banyak berperan dari sisi operasional dan pemasaran. Adapun, kanal distribusi masih didominasi bancassurance dan agen.
"Porsi dari agen turun karena keterbatasan di kondisi pandemi, sementara bancassurance masih tumbuh. Tapi kami lihat kanal-kanal alternatif, termasuk dari platform digital, naik signifikan walaupun porsinya masih kecil," ujarnya dalam diskusi virtual bertajuk Transformasi Industri Asuransi Era Digital, Selasa (21/9/2021).
Adapun, dari sisi operasional, digitalisasi begitu besar manfaatnya karena proses bisnis dan pelayanan terhadap nasabah menjadi lebih mudah, terutama untuk mengatasi keterbatasan interaksi tatap muka akibat kondisi pandemi.
Baca Juga
Mulai dari digitalisasi dokumen, proses klaim lebih fleksibel, kemudahan seiring relaksasi pemasaran unit-link secara jarak jauh, sampai akomodasi layanan pemeriksaan kesehatan lewat telemedis.
"Telemedis ini salah satu yang berpengaruh, karena tak jarang nasabah yang dalam kondisi pandemi ini masih takut ke rumah sakit. Beberapa bahkan sudah mengakomodasi untuk dokter spesialis, walaupun belum untuk semua bidang," tambahnya.
Sekadar informasi, premi industri asuransi jiwa tercatat mencapai Rp104,72 triliun sepanjang semester I/2021 atau tumbuh 17,5 persen (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.
Adapun, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi Widodo mengungkap pertumbuhan asuransi umum masih belum sekencang asuransi jiwa, akibat masih lesunya kecenderungan masyarakat di era pandemi untuk berbelanja.
"Costumer confidence level masyarakat masih turun. Mereka lebih banyak saving, dan ini tercermin dari naiknya saldo balance di rekening bank. Tak heran, kalau prioritas masyarakat sekarang ini cenderung ke proteksi jiwa dan kesehatan yang salah satunya lewat bancassurance," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, dari lini bisnis kendaraan bermotor sebagai salah satu andalan industri asuransi umum, pertumbuhan masih terhambat rendahnya penyaluran kredit baru dan tingginya cancelation atau pengembalian unit kendaraan.
Namun demikian, asuransi umum mendapat berkah dari kebutuhan proteksi untuk pengiriman barang dari transaksi digital atau jual-beli online, yang walaupun nilainya kecil tapi jumlahnya melimpah.
Sementara pendorong pertumbuhan industri di era new normal ini lebih banyak disumbang asuransi untuk kredit usaha rakyat (KUR) dan penjaminan, yang salah satunya bersumber dari dorongan pemerintah terhadap penyaluran kredit modal kerja pelaku usaha.
Secara keseluruhan, premi industri asuransi umum pun masih mampu mencatatkan pertumbuhan pada semester I/2021 sebesar 2,1 persen (yoy), tepatnya Rp38,37 triliun dari sebelumnya Rp37,6 triliun pada Juni 2020.