Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Mulai Kurangi Injeksi Likuditas Tahun Depan

Kebijakan itu dilakukan namun tetap dengan prinsip bahwa kebijakan moneter BI tetap pro pertumbuhan (pro-growth). Oleh karena itu, tapering akan dilakukan dengan memastikan tidak berdampak pada perbankan dan pemerintah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut bahwa bank sentral akan memulai pengurangan likuiditas (tapering) secara perlahan tahun depan.

Kebijakan itu dilakukan namun tetap dengan prinsip bahwa kebijakan moneter BI tetap pro pertumbuhan (pro-growth). Oleh karena itu, tapering akan dilakukan dengan memastikan tidak berdampak pada perbankan dan pemerintah.

"Likuiditas, tahun depan dikurangi longgarnya sedikit-sedikit tetapi tetap longgar," ujar Perry pada konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Selasa (19/10/2021).

"Tentu kami akan umumkan secara lebih rinci yaitu pengurangan penambahan likuiditas," tambahnya.

Menurut Perry, pengurangan penambahan likuditas akan dilakukan dengan menghindari dampak pada kemampuan perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya.

Sementara pada dampaknya terhadap pemerintah, Perry memastikan agar tapering tidak berdampak pada kemampuan pemerintah dalam menerbitkan SBN.

Adapun, terkait dengan tapering dari bank sentral Amerika Serikat (AS), Perry menyebut Federal Reserve (Fed) akan mengumumkan rencana tapering setidaknya pada November-Desember 2021.

Selain itu, dia turut menyampaikan kemungkinan tahun depan The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya. Perry mengatakan pengurangan quantitative easing (QE) The Fed tahun depan memiliki dampak yang berbeda dengan taper tantrum 2013.

Pasalnya, Perry menegaskan rencana tapering dan kenaikan suku bunga perlu dikomunikasikan secara jelas. Respon pasar merupakan hal yang harus diperhatikan oleh BI.

"Kalau kita lihat, ini sangat berbeda dengan taper tantrum 2013. Pada saat itu, komunikasi The Fed terjadi secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kenaikan UST sangat cepat dalam waktu yang singkat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper