Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Kriteria Bank Mini yang Bakal Dicaplok BNI (BBNI)

Direktur Utama Bank BNI Royke mengakui perseroan telah meneken perjanjian akuisisi bank. Proses itu sudah masuk dalam kesepakatan awal, dan kini tengah memasuki tahap finalisasi.
Gedung BNI/Istimewa
Gedung BNI/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Kabut yang selama ini menyelimuti kabar bahwa PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) siap mencaplok bank mini sebagai langkah pengembangan bank digital, mulai tersingkap. Nama bank yang akan diakuisisi pun bermunculan.

Kabut itu mulai tersingkap ketika Direktur Utama Bank BNI Royke mengonfirmasi kepada Bisnis bahwa perseroan telah meneken perjanjian akuisisi bank. Proses itu sudah masuk dalam kesepakatan awal, dan kini tengah memasuki tahap finalisasi.

Rumor mengenai bank mana yang akan dicaplok oleh BBNI pun muncul ke permukaan. Salah satunya adalah entitas anak usaha Mayora Group, yakni PT Bank Mayora.

Sejauh ini, manajemen Bank BNI belum mengumumkan siapa yang bakal diakuisisi. Royke juga mengatakan dirinya tidak bisa mengungkap nama bank tersebut. Dia hanya bisa memastikan bahwa akuisisi menjadi upaya BNI untuk mengakselerasi bisnis bank digital.

Terlepas dari bank mana yang akan dicaplok, Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma memberikan pandangannya terkait kriteria bank yang akan menjadi pendamping BNI dalam menyelami proses transformasi digital perbankan.

Menurutnya, sebetulnya tidak ada kriteria khusus bagi bank yang akan diakuisisi BNI. Namun, dia menilai BUKU 1 dan 2 yang ingin diambil alih harus bersih dan tak bermasalah.

“Tentunya, kalau bisa yang bersih, tidak ada karakteristik khusus, karena tentu BBNI akan mengembangkan sendiri bank digital yang sesuai dengan BBNI,” kata Suria, dalam keterangan tertulis, Rabu (20/10/2021).

Head of Investment Avrist Asset Management Tubagus Farash Akbar Farich menilai bahwa kriteria bank yang pantas diakuisisi BBNI adalah bank yang mempunyai lisensi valuta asing (valas), serta transaksi internasional lainnya.

Hal itu bukan tanpa alasan. Dia menyatakan bahwa BNI akan menjadi bank utama dari Indonesia untuk pasar luar negeri, sehingga dengan memilih bank dengan lisensi valas, perseroan bisa berkembang sesuai dengan penugasan yang telah ditetapkan.

“Jadi, sesuai dengan core competence yang telah ditetapkan, saya lihat sepertinya strategi di BUMN seperti itu,” kata Farash.

Direktur Keuangan BNI Novita Anggraini, ketika dihubungi Bisnis, mengatakan akselerasi kapabilitas digital sudah menjadi bagian dari program transformasi perseroan.

Terkait dengan rencana akuisisi, dia menyebutkan BBNI menaruh perhatian pada dua hal. “Akuisisi bank BUKU 1 atau BUKU 2 yang sehat menjadi alternatif yang kami kaji dan tentu dilengkapi dengan kolaborasi dengan global tech company,” ujarnya.

Dari sisi pendanaan, kata Novita, perseroan tidak memiliki masalah. BBNI diketahui telah mengeksekusi beberapa program penguatan permodalan pada Maret dan September 2021, seiring dengan kondisi profitabilitas yang membaik.

Sampai dengan semester I/2021, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BBNI terjaga pada level 18 persen, di atas ketentuan minimal 12 persen. Kecukupan modal itu masih layak untuk mengambil alih bank dengan biaya antara Rp2 triliun – Rp3 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper