Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Mulai Tapering, BI Diramal Tetap Tahan Suku Bunga di 3,5 Persen

Kebijakan moneter BI ke depannya akan responsif dan anitisipatif terhadap perkembangan pasar keuangan global, dan pemulihan ekonomi di Tanah Air.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) mengumumkan akan mengurangi pelonggaran likuiditas atau tapering mulai akhir November ini.

Berdasarkan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November 2021, tapering akan dimulai dengan memotong laju pembelian aset bulanan sebesar US$10 miliar untuk surat berharga, dan US$5 miliar untuk jaminan berbasis mortgage atau agency mortgage-backed security (agency MBS). Pengurangan dengan laju yang sama akan diumumkan pada pertengahan Desember 2021.

Jika kondisi ekonomi membaik ke depannya, The Fed mengatakan akan terus melakukan pengurangan aset setiap bulannya dan bisa jadi mengakhiri pembelian obligasi pada pertengahan 2022.

Akan tetapi, The Fed memutuskan untuk tetap menahan Federal Fund Rate (FFR) di level hampir mencapai 0 persen. Bank sentral menyampaikan bahwa pengurangan pembelian obligasi tidak memberikan sinyal langsung terkait dengan kenaikan FFR.

Dengan perkembangan tersebut, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI 7-Daya Reverse Repo Rate (BI7DRRR) tidak akan berubah hingga kuartal IV/2021.

"Kami mempertahankan pandangan kami bahwa BI akan terus mempertahankan BI7DRRR pada level terendah sepanjang tahun ini," kata Faisal pada kajian yang dikutip Bisnis, Kamis (4/11/2021).

Menurutnya, suku bunga acuan sebesar 3,5 persen sepanjang tahun ini berperan penting dalam mendukung pemulihan ekonomi Indonesia dari kemunduran akibat pandemi.

Hal itu dilakukan, tambah Faisal, tanpa meninggalkan kewajiban untuk mempertahankan stabilitas pasar keuangan dan nilai tukar rupiah.

Ke depannya, Faisal memperkirakan BI baru akan menaikkan suku bunga acuan sebesra 50 bps ke 4 persen di semester II/2022. Dia menilai kebijakan moneter BI ke depannya akan responsif dan anitisipatif terhadap perkembangan pasar keuangan global, dan pemulihan ekonomi di Tanah Air.

"Kami memperkirakan BI akan mempertahankan BI7DRRR pada 3,5 persen hingga akhir 2021 serta menerapkan kebijakan pelonggaran likuiditas dan makroprudensial untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi, sebelum menaikkan tingkat suku bunga 50 bps ke 4 persen di 2022 [di semester II/2022]," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper