Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pembiayaan sektor alat berat PT Intan Baruprana Finance Tbk. (IBFN) bakal menunggu momentum 2022 untuk kembali bangkit.
Sekadar informasi, IBFN masih menjalani masa sulit sejak 2019. Puncaknya, IBFN memperoleh surat peringatan ketiga (SP3) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seiring belum terpenuhinya nilai minimal rasio ekuitas terhadap modal disetor minimal 50 persen, pada 28 Juli 2021.
Direktur Keuangan IBFN Alexander Reyza menjelaskan bahwa pihaknya masih dalam masa setop pembiayaan sampai akhir 2021 dan fokus pada perbaikan rasio-rasio keuangan sesuai ketentuan lewat pencarian investor baru.
"Tingginya ketidakpastian dunia usaha di era lonjakan pandemi membuat kami masih berpegang pada rencana seperti pada Juni 2021. Sebagai perusahaan pembiayaan yang fokus kepada alat berat, kami tentu juga ingin menikmati momentum dari kenaikan harga komoditas tambang. Semoga kami bisa ikut gelombang berikutnya," ungkapnya kepada Bisnis.
Terkini, multifinance yang terafiliasi dengan emiten alat berat PT Intraco Penta Tbk. (INTA) dengan kepemilikan 55,07 persen dan PT Intra Trading dengan kepemilikan 17,23 persen ini tampak telah maju satu langkah. IBFN tercatat telah menggandeng investor baru pada kisaran Oktober 2021.
Pemegang saham baru tersebut, yaitu PT Pakuwon Darma yang terafiliasi dengan emiten properti & real estat PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) yang memegang 75,46 juta saham, atau setara dengan 4,97 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor oleh perusahaan.
"Perihal pembiayaan pasca masuknya investor baru, tentunya akan mengikuti risk appetite dan strategi bisnis investor. Kami punya pengalaman dan jaringan, potensi pun ada. Jadi setelah rasio keuangan kami pulih, harapannya bisa menunjang pengembangan usaha IBFN dalam waktu dekat," tambahnya.
Sekadar informasi, masa gelap menuntun IBFN kepada rugi bersih senilai Rp598 miliar pada tutup buku 2020. Total aset pun merosot 41,4 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp876,40 miliar dari sebelumnya sebesar Rp1,49 triliun.
Adapun, pada pertengahan periode 2021, rugi bersih tahun berjalan IBFN bisa ditekan di Rp9,35 miliar dari sebelumnya merugi Rp24,42 miliar pada pertengahan 2020.
Total aset IBFN pada periode ini masih bertahan di Rp859,1 miliar. Hanya turun tipis, karena komponen kas dan setara kas tumbuh, didorong pengeluaran kas yang ditekan sehingga penerimaan kas dari aktivitas operasi naik. Selain itu, komponen pembiayaan modal kerja pihak berelasi IBFN pun masih bisa naik tipis.