Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penuhi Modal Inti Rp3 Triliun, Sederet Bank Mini Punya Bohir Baru

Aksi akuisisi bank mini masih terus berlanjut untuk memenuhi aturan modal inti yang ditetapkan sebesar Rp3 triliun pada akhir 2022.
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Bank mini dengan modal inti di bawah Rp3 triliun secara khusus menjadi perhatian banyak investor. Tak heran, sederet bank mini pun kini mempunyai pengendali baru.

Pasalnya, bank-bank mini dianggap akan menjadi masa depan layanan keuangan Indonesia. Hal ini terlihat jelas ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis aturan terkait bank digital yang tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.

Aksi akuisisi bank mini masih terus berlanjut untuk memenuhi aturan modal inti yang ditetapkan sebesar Rp3 triliun pada akhir 2022. Sementara, tenggat waktu pemenuhan bertahap sebesar Rp2 triliun, tinggal kurang dari 2 bulan lagi alias hingga akhir 2021.

Kendati demikian, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyebut bank-bank kecil memiliki permasalahan yang serius, baik secara internal maupun eksternal.

Menurut Bhima, biaya operasional pendapatan terhadap pendapatan operasional (BOPO) di bank kecil dinilai terlalu besar. Tak berhenti di sana, bank-bank kecil juga memiliki permasalahan lain, seperti masih mengandalkan kantor cabang fisik.

Jika melihat hal itu, Bhima mengartikan bahwa bank kecil relatif tertinggal dari sisi digitalisasi. Pasalnya, mereka masih mengandalkan keberadaan kantor cabang ketimbang memperluas digitalisasi.

Berbeda dengan Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan. Trioksa melihat prospek bank kecil di sisa tahun ini dan tahun depan masih menarik.

“Prospeknya masih menarik karena investor, terutama bank-bank besar juga masih mencari bank-bank kecil untuk ekspansi bisnis,” kata Trioksa ketika dihubungi Bisnis, Jumat (5/11/2021).

Trioksa mengatakan, mulai banyak investor yang melirik bank-bank kecil terutama dengan adanya regulasi mengenai modal minimum. “Mau tidak mau, bank kecil harus mendapat suntikan modal bagi investor,” imbuhnya.

Berikut Bisnis himpun beberapa transaksi bank mini yang dilego oleh pengendali baru:

Terbaru, Grup konglomerasi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) melalui anak usahanya, PT Elang Media Visitama (EMV) telah mengungkapkan akan menjadi pengendali saham PT Bank Fama International.

Rencananya, EMV akan mengakuisisi 93 persen saham Bank Fama senilai Rp908,9 miliar dengan nominal Rp100 per saham. Akuisisi tersebut ditargetkan akan rampung pada 28 Desember 2021.

Saham yang akan dibeli EMV masing-masing terdiri dari empat pemegang saham. Pertama, sebanyak 4.428.701.427 saham dimiliki oleh Junus Jen Suherman. Kedua, sebanyak 1.704.285.876 saham dimiliki Edi Susanto.

Ketiga, sebanyak 1.704.285.876 saham dimiliki Dewi Janti. Keempat, sebanyak 1.252.230.621 saham dimiliki PT Surya Putra Mandiri Sejahtera.

Namun, pasca diterbitkannya ringkasan rancangan pengambilalihan Bank Fama pada Jumat (5/11/2021), tidak diketahui rencana perseroan berikutnya.

Saat Bisnis mencoba menghubungi Bank Fama terkait dengan transformasi perseroan menjadi bank digital, belum ada jawaban dari Sekretaris Bank Fama, Emil M Ismain.

Selain Emtek Group, PT Bank Bisnis Internasional Tbk. (BBSI) juga mengumumkan telah resmi memiliki kendali baru, PT Finaccel Teknologi Indonesia atau Kredivo pada 15 Oktober 2021.

Penuhi Modal Inti Rp3 Triliun, Sederet Bank Mini Punya Bohir Baru

Kantor Bank Bisnis Internasional/bankbisnis.id

Kredivo pertama kali mengakuisisi 24 persen saham Bank Bisnis dengan membeli sebagian saham pemilik bank pada Mei lalu senilai Rp551 miliar.

Lalu, pada 15 Oktober, Kredivo kembali memborong 16 persen saham pemilik lama senilai Rp439 miliar. Alhasil, Kredivo telah mengendalikan 40 persen saham Bank Bisnis yang sebelumnya 24 persen, dengan rincian total saham yang digenggam sebanyak 1.210.611.762 saham.

Aksi pembelian itu berlangsung pada 15 Oktober dengan harga transaksi Rp980 per saham. Adapun, tujuan penambahan saham ini sebagai langkah investasi.

Kepemilikan saham BBSI lantas berubah. PT Sun Land Investama yang sebelumnya menggenggam 19,76 persen, kini menyusut menjadi 13,20 persen.

Bank Bisnis berencana melakukan Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) lewat rights issue sebanyak-banyaknya 434,78 juta saham atau 12,56 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah PUT II, dengan nilai nominal Rp100 setiap saham.

BBSI menjadwalkan rights issue dapat dilaksanakan pada November 2021. Secara rinci, perseroan menjadwalkan dapat memperoleh pernyataan efektif dari OJK pada 4 November 2021. Periode perdagangan dan pelaksanaan dijadwalkan pada 18-24 November 2021.

Sementara, bank-bank kecil lainnya masih menunggu untuk melakukan rights issue. PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) yang telah mengantongi persetujuan penerbitan saham melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. BNBA berencana melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 750 juta saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.

Berikutnya, PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) dan PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) yang juga akan meramaikan aksi penambahan modal lewat rights issue pada akhir tahun ini.

Aksi korporasi ini dilakukan guna memenuhi ketentuan Modal Inti Minimum Bank Umum sesuai Peraturan OJK Nomor 12 Tahun 2020, yakni ketentuan modal inti minimum Rp2 triliun pada akhir tahun 2021.

Sebelumnya, beberapa bank juga telah mengumumkan investor baru, misalnya saja PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang diakuisisi oleh pengusaha nasional Chairul Tanjung melalui Mega Corpora.

Saat ini, Mega Corpora mengenggam saham Allo Bank sebesar 90 persen dan sisanya 10 persen dimiliki oleh publik.

Perkembangan teranyar, perseroan akan menerbitkan sebanyak 11 miliar saham biasa untuk Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.

BBHI menetapkan nilai nominal masing-masing saham sebesar Rp100 setiap saham. Sementara itu, harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp478 per saham, sehingga sehingga jumlah dana yang akan diterima dalam rights issue ini sebesar Rp4,8 triliun.

Dalam rencana penggunaan, dana yang diperoleh dari rights issue akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.

Hal ini mengingat, dalam rangka meningkatkan Modal Inti perseroan menjadi Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) yang termasuk dalam kelompok KBMI 2. Namun demikian, manajemen perseroan mengatakan belum terdapat pembeli siaga dalam aksi ini.

“Dalam PUT III dengan HMETD tidak terdapat Pembeli Siaga,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi, Senin (8/11/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper