Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk., yang kini telah diubah nama menjadi PT Bank Raya Indonesia Tbk., mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan pada kuartal III/2021.
Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI pada Jumat (19/11/2021), perseroan mencatatkan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp1,83 triliun untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2021.
Kinerja tersebut berkebalikan dengan periode yang sama tahun lalu yang mampu membukukan laba bersih sebesar Rp25,40 miliar.
Pendapatan bunga bersih masih tumbuh 41,84 persen secara tahunan menjadi Rp656,67 miliar. Namun, kerugian peurunan nilai aset keuangan (impairment) melonjak dari Rp231,97 miliar menjadi Rp2,29 triliun. Sehingga, perseroan mencatat rugi operasional sebesar Rp1,85 triliun, dari sebelumnya mencatat laba Rp33,64 miliar.
Perseroan mencatat kredit yang diberikan per 30 September 2021 sebesar Rp14,32 triliun, dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp19,49 triliun. Senada, penghimpunan dana pihak ketiga juga turun 26 persen menjadi Rp16,86 triliun.
Dari situ, BRI Agro mencatat total aset sebesar Rp20,53 triliun per 30 September 2021. Total aset itu turun 26,70 persen dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp28,01 triliun.
Baca Juga
Untuk diketahui, BRI Agro akan melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue senilai Rp1,15 triliun. Dalam keterbukaan informasi BEI hari ini (19/11/2021), perseroan menyampaikan rencana penerbitan rights issue sesuai dengan hasil rapat pemegang saham pada 27 September 2021.
Jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak 1.054.545.185 saham. Nilai nominal saham baru sebesar Rp100 per saham.
Adapun harga pelaksanaan HMETD ditetapkan sebesar Rp1.100 per saham. Dengan demikian, perseroan berpotensi meraup dana sebesar Rp1,15 triliun dari aksi korporasi tersebut.