Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) selaku pemain utama produk kredit mobil bekas (mobkas) meyakini diskon pajak barang mewah (PPnBM) untuk mobil baru tak akan 'menggoda' segmen konsumen andalannya.
Secara umum, apabila dilihat dari outstanding industri multifinance berdasarkan objek pembiayaan, segmen mobil bekas senilai Rp54,38 triliun masih mengalami kontraksi 5,2 persen (year-to-date/ytd) dari akhir 2020.
Diskon PPnBM buat mobil baru yang berlaku sampai akhir tahun disebut menjadi penyebab konsumen mobil bekas beralih, terutama karena kebijakan ini membuat harga mobil baru semakin murah. Nahas, beberapa pihak justru memberikan sinyal bahwa kebijakan ini diharapkan berlanjut sampai 2022.
Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono menjelaskan walaupun mobil bekas ikut terdampak fenomena banting harga, aktivitas transaksi jual-beli dan permintaan pembiayaannya sudah pulih dari pandemi Covid-19.
"Segmen konsumen masing-masing sudah ada sendiri. Lagipula, sebenarnya outstanding pembiayaan mobil bekas itu turun bukan di masa PPnBM, tapi lebih karena waktu awal pandemi sebagian besar perusahaan pembiayaan melakukan setop booking," ujarnya, Senin (20/12/2021).
Sebagai informasi, BFIN sendiri sempat memilih setop memberikan pembiayaan baru sementara di kisaran kuartal II/2020, sehingga kinerja sepanjang periode 2020 mentok di Rp7,6 triliun, merosot hingga 52,2 persen (year-on-year/yoy) dari capaian tahun sebelumnya di Rp15,89 triliun.
Baca Juga
Terkini, pembiayaan BFIN hingga kuartal III/2021 telah melampaui full year 2020, tepatnya Rp9,4 triliun. Namun, outstanding kelolaan BFIN memang masih stagnan di Rp13,7 triliun, di mana 71,7 persen ditopang mobil bekas.
Sudjono menjelaskan bahwa fenomena inilah yang tergambar dari pencapaian industri secara umum. Artinya, jual-beli mobil bekas sebenarnya sudah pulih dan tidak terdampak PPnBM. Walaupun, sisi outstanding masih belum tumbuh, karena nominal kredit mobil yang masuk ke outstanding perusahaan tidak sebesar sebelum pandemi.
"Sampai sekarang pertumbuhan pembiayaan baru hanya sebesar-besaran angsuran pokok yang jatuh tempo, sehingga secara outstanding belum menunjukkan peningkatan. Mudah-mudahan, dengan larisnya mobil bekas dan pembiayaan baru kami yang terus meningkat sekarang ini, saldo piutang juga akan terangkat naik dalam waktu dekat," tambahnya.
Adapun, BFIN melihat debitur mobil bekas sebenarnya bukan hanya mengincar harga murah, namun lebih karena terdorong niat memiliki jenis mobil lawas tertentu yang diminatinya. Debitur jenis ini juga biasanya memiliki profil risiko yang terukur, karena lebih berpengalaman soal cara menilai mobil yang bagus dan sudah sering berganti kendaraan.