Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Jawa Timur Tbk. (BJTM) atau Bank Jatim memberikan respons mengenai suku bunga dasar kredit atau SBDK di kelompok BPD, yang disebutkan sulit turun.
Direktur Keuangan Bank Jatim, Ferdian Timur Satyagraha, mengatakan sejalan dengan tren penurunan suku bunga perbankan yang masih berlanjut, SBDK perseroan juga turun meski spread penurunan berbeda di antara masing-masing kelompok bank.
“Hal ini sebagai dampak penurunan biaya dana atau CoF [Cost of Fund] akibat pergerakan suku bunga acuan khususnya, term structure dan longgarnya likuiditas perbankan,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Jumat (24/12/2021).
Dalam pemberitaan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa suku bunga kredit perbankan terus mengalami penurunan, seiring dengan suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yqang sangat longgar.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan di pasar kredit, penurunan SBDK perbankan terus berlanjut, diikuti penurunan suku bunga kredit baru pada seluruh kelompok bank, kecuali BPD.
Padahal, suku bunga acuan yang berada di level terendahnya dalam 10 bulan terakhir, yakni 3,50 persen. Namun, rupanya hal itu belum terlaksana di tingkat suku bunga kredit perbankan.
Baca Juga
BI melaporkan rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 9,25 persen pada November 2021, turun 5 basis poin (bps) dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Sementara itu, rerata tertimbang suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan pada seluruh jenis tenor. Suku bunga deposito untuk tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan turun menjadi 3,05 persen, 3,29 persen, 3,62 persen, 3,93 persen, dan 4,41 persen.
Perry mengatakan di pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah turun, masing-masing 25 bps dan 145 bps sejak November 2020, menjadi 2,79 persen dan 3,05 persen pada November 2021.
Perry mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga kredit yang jauh lebih rendah daripada suku bunga deposito perbankan menyebabkan jarak antara suku bunga kredit dan deposito terus melebar. Margin bunga bersih perbankan pun terus mengalami peningkatan.
“Oleh karena itu, Bank Indonesia memandang bahwa ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit masih cukup lebar,” ujar Perry.