Bisnis.com, JAKARTA – Pemain industri teknologi finansial (fintech) urun dana alias securities crowdfunding (SCF) bersemangat menyambut 2022, lantaran minat UMKM untuk memperoleh pendanaan lewat penerbitan saham terbilang meningkat.
Heinrich Vincent, Wakil Ketua Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) sekaligus bos PT Investasi Digital Nusantara alias Bizhare melihat fenomena ini membawa optimisme kepada para pemain untuk bisa bertumbuh secara signifikan pada 2022.
Sebagai informasi, sepanjang periode 2021, industri yang baru diramaikan oleh 7 pemain ini merealisasikan 176 penerbitan saham dan surat utang UMKM via urun dana senilai Rp364,6 miliar. Pemodal yang terlibat transaksi ini mencapai 84.548 entitas.
"ALUDI memproyeksi jumlah total penggalangan dana minimum bisa tumbuh 1,5 kali sampai 2 kali lipat dari tahun ini. Setiap platform, termasuk Bizhare, pasti juga akan membidik pertumbuhan minimum serupa, bahkan maksimal berpotensi bisa tumbuh sampai 4 kali lipat," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (2/1/2022).
Vincent mengungkap bahwa salah satu indikator peningkatan awareness UMKM untuk menjadi penerbit di fintech SCF, tampak dari peningkatan pengajuan dari para UMKM.
Bizhare yang sepanjang tahun ini merealisasikan penerbitan saham dan surat utang untuk 30 UMKM sejumlah Rp70,5 miliar, sebenarnya menerima pengajuan lebih dari 1.000 UMKM.
Baca Juga
"Maka dari itu, setiap platform akan menerapkan strategi khusus untuk mengambil momentum ini. Contoh, kalau Bizhare membuat ekosistem inkubator buat menampung UMKM potensial yang belum bisa lolos seleksi [menjadi penerbit] untuk bersiap, lewat program pendampingan. Mulai dari memperbaiki legal, merapikan laporan keuangan, dan lain-lain," jelasnya.
Lewat upaya ini, Bizhare bukan hanya berpotensi mendulang pertumbuhan jumlah UMKM penerbit, namun sekaligus mendapatkan penerbit yang kualitasnya terjaga. Vincent berharap para UMKM dalam inkubator yang sudah layak, bisa mulai menggalang pendanaan via Bizhare pada periode 2022.
Sedikit berbeda, PT Crowddana Teknologi Indonusa atau CrowdDana yang pada tahun ini mengakomodasi penggalangan dana 9 UMKM dengan nominal Rp17 miliar, melihat minat penerbit juga terdorong karena manfaat ganda dari aktivitas listing di platform SCF.
Co-Founder sekaligus Chief Product & Marketing Officer CrowdDana Stevanus Iskandar Halim menjelaskan UMKM penerbit tampak mulai sadar bahwa manfaat listing bukan cuma mendapatkan permodalan dari investor, tapi juga membawa mereka datang, menjadi konsumen setia, karena ikut merasakan hasil investasinya.
"Apalagi kalau penerbit itu [bergerak di bisnis] F&B, investor itu bangga buat berkunjung, cerita ke teman, dan akhirnya berpotensi membawa konsumen baru buat penerbit. Apalagi, biasanya pelaku usaha dengan investor di platform SCF itu dekat dan intim. Karena investor itu kan tak sekadar memberi pinjaman, tapi juga memiliki bisnis, memegang saham bisnis tersebut," ujarnya kepada Bisnis.
Sebagai informasi, CrowdDana sebelumnya dikenal hanya mengakomodasi penerbit di sektor properti, terutama proyek kos-kosan. Namun, CrowdDana sudah terbuka mengakomodasi bisnis F&B, pom bensin mini, minimarket, sampai proyek budidaya jagung.
Adapun, PT Numex Teknologi Indonesia alias LandX optimistis karena UMKM yang berminat menjadi penerbit mulai merambah berbagai sektor. LandX sendiri sudah mengakomodasi UMKM di bidang properti, pabrik pupuk batu bara, cloud kitchen, restoran, klinik kecantikan, laundry, agen properti, hingga perusahaan facility service management.
"Ke depan tidak menutup kemungkinan LandX akan merambah ke berbagai sektor lainnya, momentum ini juga yang mendorong pihak kami untuk berupaya meningkatkan pamor di industri penanaman modal," ujar Founder dan Chief Executive Officer LandX.id, Andika Sutoro Putra.
Adapun, hingga penghujung tahun 2021, perusahaan yang sudah listing di LandX mencapai angka 27 perusahaan, dengan nominal penggalangan dana dalam platform mencapai Rp158,02 miliar.