Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan PT Bank Central Asia Tbk. melihat laju penyaluran kredit ke sektor berkelanjutan akan semakin bertumbuh pada 2022.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan perseroan telah menerapkan sejumlah langkah untuk mendorong kredit ke sektor ekonomi hijau. Di sisi lain, dia menyebut peluang pembiayaan ke sektor tersebut terbuka lebar.
“Ke depan, prospek kredit berkelanjutan BCA pada 2022 cukup baik dan masih banyak peluang pembiayaan ke sektor ekonomi hijau. Tidak ada sektor khusus yang dibidik, BCA membuka kesempatan untuk pembiayaan ke seluruh sektor ekonomi hijau,” ujarnya kepada Bisnis.com, Sabtu (8/1/2022).
Hera menambahkan BCA terus berupaya mengedepankan nilai-nilai environmental, social, and governance (ESG). Ini ditandai dengan komitmen penyaluran kredit ke sektor berkelanjutan yang naik 25,6 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp143,1 triliun pada kuartal III/2021.
Selain itu, BCA telah meluncurkan Reksa Dana Indeks BNP Paribas Sri-Kehati. Reksa dana yang dikelola oleh PT BNP Paribas Asset Management ini, tersedia di kantor cabang BCA dan juga aplikasi Welma BCA.
“Di sisi lain, kami melihat bahwa digitalisasi dengan sistem otomasi juga merupakan cara yang paling efektif dalam percepatan pengurangan emisi karbon,” kata Hera.
Oleh sebab itu, lanjutnya, perseroan juga mendorong nasabah menggunakan layanan digital perbankan seperti mobile banking dan internet banking yang kini telah dilengkapi dengan berbagai fitur canggih.
Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan kredit berkelanjutan dari perseroan diyakini bertumbuh pada tahun ini. Hal itu seiring dengan prospek pembiayaan ke sektor ekonomi hijau, termasuk melalui pengembangan beberapa produk baru.
Dia menyatakan dukungan Bank Mandiri terhadap ESG tercermin dalam sustainable portfolio yang terus meningkat. Sampai dengan September 2021, total kredit perseroan ke sektor berkelanjutan mencapai Rp 187,4 triliun atau sebesar 23 persen dari total kredit.
“Pertumbuhan tertinggi terdapat pada pembiayaan ke sektor energi terbarukan [EBT] yang naik 108,43 persen secara year to date,” pungkasnya.
Ekonomi hijau atau green economy menjadi salah satu arah pengembangan pembangunan yang sangat ditekankan pemerintah. Ekonomi hijau dinilai lebih berkelanjutan dan Indonesia dapat memainkan peran penting bersama dengan pengembangan digitalisasi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam banyak kesempatan menegaskan bahwa ekonomi hijau dapat menjadi peluang untuk pengembangan ekonomi jangka panjang. Indonesia dinilai memiliki kekuatan pada green product dan green economy, sehingga harus terus didorong.
"Dalam jangka panjang, saya melihat kita memiliki kekuatan di green product dan green economy. Ini yang akan berkembang. Kita memiliki kesempatan yang besar masuk ke produk hijau dan ekonomi hijau ini baik dari sisi produksi, distribusi, dan konsumsi,” pungkasnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan dalam konteks perubahan pola bisnis konvensional menjadi berkelanjutan, sektor jasa keuangan memainkan penting. OJK pun telah merilis Roadmap Tahap II Keuangan Berkelanjutan untuk mempercepat penerapan prinsip lingkungan, sosial dan tata kelola di Indonesia.
Untuk mempercepat transisi sektor keuangan ke arah berkelanjutan, pada Roadmap Tahap II, OJK mengembangkan sebuah ekosistem yang terdiri dari 7 komponen.
Ketujuh komponen tersebut meliputi kebijakan, produk, infrastruktur pasar, koordinasi kementerian/ lembaga, dukungan non-pemerintah, sumber daya manusia, dan awareness.
Pembentukan komponen dalam ekosistem keuangan berkelanjutan juga merupakan komitmen OJK dalam menciptakan regulasi yang transparan, membangun sinergi dengan kementerian atau lembaga, dan meningkatkan kapabilitas industri keuangan.