Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan (multifinance) PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) membidik target tinggi lewat upaya memaksimalkan momentum pulihnya pasar mobil baru dan bekas.
Sebagai informasi, sebelumnya kekuatan utama multifinance anak usaha PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PaninBank/PNBN) ini berada di kendaraan bekas. Namun, CFIN mulai memanfaatkan momentum era normal baru, di mana pasar kendaraan baru tengah lebih dilirik konsumen.
Direktur Utama CFIN Harjanto Tjitohardjojo mengungkap bahwa dari pembiayaan baru (booking) Rp3,6 triliun sepanjang 2021 atau tercatat melampaui target Rp3,5 triliun, kontribusi mobil baru berhasil terdongkrak.
"Lewat beragam event dan promo spesial buat kredit mobil baru, kontribusinya tembus Rp1,76 triliun di sepanjang tahun lalu. Mirip-mirip dengan mobil bekas di Rp1,75 triliun. Di samping itu, alat berat Rp69 miliar, sisanya pembiayaan lain-lain," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (12/1/2022).
Sebagai perbandingan, sebelum pandemi atau sepanjang periode 2019, mobil bekas mengambil porsi Rp5,06 triliun dari total booking CFIN di Rp8,17 triliun. Sementara pada 2020, dari total booking yang anjlok ke Rp2,38 triliun, mobil bekas masih menyumbang Rp1,46 triliun.
Harjanto menilai tren serupa akan terjadi di 2022, dan apabila kedua pasar mobil tersebut sama-sama moncer, pihaknya optimistis bisa mengincar pertumbuhan signifikan di atas 60 persen (year-on-year/yoy) pada akhir tahun ini.
Baca Juga
"Pasar otomotif di 2022 ini kami optimis akan bagus karena banyak tipe mobil baru yang keluar. Selain itu, sedang dimulai juga sebuah tren baru soal kendaraan idaman. Kami yakin ini bisa mendongkrak booking CFIN tembus Rp6 triliun," tambahnya.
Adapun, potensi lain yang juga dipercaya bakal mendongkrak kinerja, yaitu mulai munculnya segmen masyarakat dan korporasi yang selama dua tahun belakangan masih menahan diri untuk mengganti kendaraan, alias masih wait n see karena kondisi keuangannya terdampak pandemi.
Oleh sebab itu, CFIN berharapan daya beli segmen tersebut mulai pulih di tahun ini, didorong asumsi tidak terjadi lagi lonjakan kasus pandemi Covid-19 di Indonesia yang diakibatkan varian virus baru.