Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daya Serap Pasar Membaik Bikin Perbankan Gencar Rights Issue Tahun Ini

Rights issue yang dilakukan perbankan, utamanya perbankan mengejar aturan modal inti minimum Rp3 triliun. Sementara itu, beberapa bank yang modalnya sudah di atas Rp3 triliun juga gencar melakukan rights issue karena untuk ekspansi dan diversifikasi modal.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Sederet perbankan telah menyatakan kesiapannya untuk melakukan aksi penambahan modal melalui skema rights issue di 2022.

Misalnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) optimistis pelaksanaan rights issue tahun ini akan diserap seluruh oleh pasar.

Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom menjelaskan rencana rights issue perseroan masih dalam tahap persiapan. Di mana, BNI terus membangun komunikasi dengan stakeholder terkait dan menunggu momen yang tepat.

“Kami optimistis penerbitan saham baru dapat diserap oleh para stockholder. Kinerja saham BNI juga telah mendapat apresiasi yang sangat baik sejak akhir tahun lalu,” kata Mucharom kepada Bisnis, Senin (21/2/2022).

Bank pelat merah ini pun melihat tahun ini sebagai momentum yang sangat baik untuk pengembangan bisnis organik BNI. Di sisi lain, investor juga telah melihat kinerja BNI sangat baik tahun lalu.

“Dengan rencana bisnis tahun ini, kami pun yakin investor juga akan percaya dengan penerbitan saham nantinya,” ujarnya.

Terbaru, PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) akan melakukan rights issue pada Maret 2022 dengan harga pelaksanaan Rp200 per saham. Emiten perbankan dengan sandi BGTG ini menargetkan akan mendapatkan dana segar sebesar Rp1,1 triliun dari aksi ini. Di mana, Bank Ganesha akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 5,5 miliar saham dengan nominal Rp100 per saham.

Adapun, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) juga kembali berencana melakukan rights issue dengan membidik dana segar senilai Rp5 triliun di tahun ini. Aksi tersebut akan dilakukan pada kuartal II/2022, yang sebelumnya direncanakan akan digelar pada kuartal I tahun ini.

“Rencananya kami lakukan di kuartal pertama, tapi karena satu dan lain hal kami mundurkan di awal kuartal II, kemungkinan antara April atau Mei,” kata Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan, baru-baru ini.

Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai maraknya rights issue yang dilakukan perbankan, utamanya perbankan mengejar aturan modal inti minimum Rp3 triliun yang diwajibkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan kata lain, bank-bank kecil perlu menambah modal, salah satunya melalui aksi rights issue.

Sementara itu, beberapa bank yang modalnya sudah di atas Rp3 triliun juga gencar melakukan rights issue karena untuk ekspansi dan diversifikasi modal.

“Dari sisi momentum, pasar modal tahun ini bisa dikatakan sudah pulih dari dampak pandemi, seiring IHSG yang berada di atas posisi 2019. Dengan demikian, daya serap pasar juga sudah membaik. Ini dimanfaatkan bank untuk menambah modal dari pasar saham,” kata Eko kepada Bisnis, Minggu (20/2/2022).

Menurut Eko, maraknya rights issue di tahun ini membuat persaingan pun akan lebih ketat. Di sini, kata Eko, kemampuan untuk menunjukkan prospek pemanfaatan dana ke depan dan hadirnya investor strategis akan membantu keberhasilan rights issue perbankan.

Senada dengan Eko, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin melihat daya serap pasar masih akan baik. Hal ini dipicu dengan kondisi ekonomi dan efek pandemi Covid-19 yang sudah berangsur berkurang sehingga keadaan semakin baik.

“Rata-rata kondisi perbankan saat ini [laporan 2021] lebih baik dibandingkan tahun lalu (lap 2020) sehingga memberikan sinyal positif untuk investor di tahun 2022 ini,” tutur Amin kepada Bisnis, Minggu (20/2/2022).

Adapun selain untuk kepentingan investasi dan ekspansi bisnis ke depan, Amin menerangkan aksi rights issue perbankan juga bisa menambah sejumlah modal bagi bank-bank kecil untuk memenuhi persyaratan regulator.

Jika melihat dari sisi calon investor, lanjut Amin, selama ini mereka menahan untuk investor karena kondisi belum stabil.

“Jadi, tahun ini ada kemungkinan mereka akan masuk. Mereka sudah lebih yakin. Investor akan investasi itu hanya ada dua, yaitu prospek bisnis bank dan risiko,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper