Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ciri-ciri Robot Trading yang Terindikasi Penipuan, Jangan Sampai Jadi Korban!

Robot trading menjanjikan keuntungan yang pasti kepada anggotanya dan beberapa pengelolanya menjalankan aktivitas ini secara diam-diam.
Ilustrasi robot trading
Ilustrasi robot trading

Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan ini, masyarakat dihebohkan dengan penangkapan sejumlah tersangka, termasuk di antaranya adalah figur publik terkait penipuan berkedok robot trading. Penipuan tersebut diketahui menggunakan skema Ponzi atau penipuan yang memanfaatkan Multi Level Marketing (MLM).

Robot trading menjanjikan keuntungan yang pasti kepada anggotanya dan beberapa pengelolanya menjalankan aktivitas ini secara diam-diam. Ada yang mengaku hanya menjual program robot saja. Namun dalam prakteknya, pelaku mengelola transaksi dan sangat aktif merekrut anggota baru dengan metode MLM untuk menyetorkan dana ke sistem, bahkan menjanjikan keuntungan tetap setiap bulan.

Menurut pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, pada dasarnya robot trading adalah piranti lunak yang melakukan otomasi dalam aktivitas jual beli valas dan banyak diperjualbelikan secara terbuka dan legal.

"Namun, yang menjadi masalah adalah robot trading yang dipermasalahkan ini berani memberikan jaminan keuntungan tetap setiap bulan," katanya melalui keterangan resmi yang diterima oleh Bisnis, dikutip Sabtu (5/3/2022).

Alfons menegaskan trader profesional yang berpengalaman pun tidak ada yang berani melakukannya dan disinyalir kuat menggunakan skema Ponzi untuk menarik anggotanya. Aktivitas Ponzi tidak akan berhenti secara masif dan efektif merekrut banyak korban sampai suatu titik tidak ada lagi anggota baru yang masuk dan mengalami gagal bayar.

Nah, agar tak menjadi korban selanjutnya, yuk disimak dulu beberapa indikasi robot trading berpotensi fraud atau yang masuk kategori penipuan:

1. Trading hanya boleh dilakukan pada broker tertentu saja dan bukan broker yang terpercaya

Peserta tidak dapat memilih broker dan hanya dapat bertransaksi dengan broker yang telah ditentukan oleh penyelenggara secara sedemikian rupa dengan ketentuan khusus. Menurut analisa yang dilakukan oleh beberapa trader yang berpengalaman, tujuan menggunakan broker tertentu ini karena dimungkinkan untuk memanipulasi chart trading fiktif yang telah diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan janji bagi hasil yang diberikan.

Ketika trading fiktif ini dibandingkan dengan kondisi market yang sebenarnya, terjadi manipulasi pada waktu chart guna mencocokkan kondisi harga market dengan bagi hasil guna meyakinkan korbannya yang kurang teliti mengecek atau sama sekali tidak mengerti dan merasa aman asalkan terima pembagian keuntungan yang dijanjikan.

2. Spread rate jual beli valas yang sangat jauh

Ketika membuka akun dan menyetorkan uang dalam dolar AS, Anda tidak diperkenankan melakukan telegraphic transfer (TT) dolar ke dolar, tetapi harus membeli dolar dari penyelenggara trading dengan harga yang 5 – 10 persen lebih mahal dari harga wajar. Sebaliknya ketika melakukan penarikan, Anda tidak bisa melakukan TT ke rekening dolar AS dan diharuskan menjual dolar Anda dengan harga yang lebih murah.

Secara logis, tujuan spread jual beli yang sangat tinggi ini secara tidak langsung memberikan keuntungan instan kepada penyelenggara trading. Pasalnya setiap kali ada member baru masuk maka pemyelenggara sudah mengantongi keuntungan 5-10 persen dan hal ini secara tidak langsung menjelaskan mengapa skema yang diduga ponzi ini bisa berumur panjang.

3. Robot Trading yang ditawarkan tidak ada

Wujud robot trading, algoritma dan cara kerjanya tidak diikuti dengan penjelasan lengkap sehingga tidak ada informasi kelemahan dari robot trading tersebut dan tidak dapat dijalankan di broker forex lainnya.

Lebih lanjut mengenai skema Ponzi, Alfons menjelaskan bahwa secara teori, jika peserta skema Ponzi masuk pada saat awal dan keluar sebelum gelembung Ponzi meletus, maka peserta Ponzi bisa mendapatkan keuntungan dan tidak menjadi korban ketika terjadi gagal bayar.

"Tetapi, namanya manusia sifat dasarnya serakah dan malas. Jadi kalau ada kesempatan mendapatkan keuntungan besar tanpa perlu kerja keras, tentunya akan membuatnya terlena dan menumpulkan logikanya," katanya.

Sekali mendapatkan keuntungan beberapa kali, maka logika dan kewaspadaannya akan berkurang dan mempercayai skema Ponzi tersebut sebagai kebenaran. Mayoritas orang jika menghadapi skema Ponzi bukannya keluar ketika sudah untung melainkan menambahkan jumlah uang ke dalam skema Ponzi tersebut atau malah mengajak saudara dan teman-temannya untuk bergabung dalam skema ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rezha Hadyan
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper