Bisnis.com, JAKARTA — Mobilitas masyarakat yang berangsur normal sejak awal tahun ini dinilai menjadi salah satu pendorong pertumbuhan kredit sepanjang 4 bulan pertama 2022.
Merujuk data Analisis Perkembangan Uang Beredar oleh Bank Indonesia tren pertumbuhan kredit konsumsi berlanjut pada April 2022 dengan pertumbuhan kredit sebesar 6,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun pada Maret 2022 pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 6 persen, Februari sebesar 5,2 persen, dan Januari sebesar 5 persen.
Jika dibandingkan dengan 3 tahun lalu, pertumbuhan kredit konsumsi secara tahunan pada April 2022 lebih tinggi dibandingkan dengan April 2021 (0,4 persen yoy) dan April 2020 (4,1 persen yoy). Akan tetapi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit konsumsi pada April 2019 (9 persen yoy) angka pertumbuhan kredit masih lebih rendah.
Untuk diketahui pada April 2022 tercatat kredit konsumsi yang disalurkan perbankan mencapai Rp1.718,5 triliun. Sementara itu April 2021 nilainya total sebesar Rp1.615,2 triliun.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan pada awal semester I/2022 perbankan akan menggenjot penyaluran kredit konsumsi kepada masyarakat seiring dengan pandemi Covid-19 yang melandai. Perbankan melihat pelonggaran mobilitas menjadi momentum yang pas untuk menyalurkan kredit.
Baca Juga
“Pandemi sudah berkurang dan kita tahu masyarakat sudah lama tidak keluar sehingga ini saatnya bagi bank untuk jor-joran menyalurkan kredit,” kata Amin, Selasa (31/5/2022).
Dari sisi regulator, kata Amin, juga masih melonggarkan suku bunga pada tingkat yang rendah sehingga perbankan dapat terus menyalurkan kredit dengan bunga rendah kepada masyarakat.
“Dengan mobilitas yang makin tinggi, artinya masyarakat makin yakin dan makin percaya diri. Ketika mereka butuh stimulus bank hadir dengan pinjaman konsumtif,” kata Amin.
Amin juga mengatakan perbankan juga makin siap dalam menyalurkan kredit dengan dukungan digitalisasi yang mereka kembangkan. Para nasabah dapat mengakses layanan perbankan dari manapun dan kapanpun, karena layanan bank telah terhubung ke digital.
Dengan kemudahan akses layanan perbankan, sambung Amin, bank tetap harus selektif dalam menentukan nasabah mana saja yang berpotensi untuk mendapatkan kredit.
“Biasanya kalau konsumsi seperti ini 30 persen diantaranya akan jatuh ke arah menunggak karena euforia yang tinggi sehingga mereka lupa ada kebutuhan lain di luar konsumtif,” kata Amin.