Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuannya di kisaran 50 hingga 75 basis poin.
Namun, tentunya proyeksi ini sangat bergantung pada laju inflasi dalam negeri. Jika merujuk pada pernyataan Gubernur BI, dia melihat kemungkinan kenaikannya akan lebih rendah dari ekspektasi.
Dia menjelaskan, sampai dengan saat ini Bank Mandiri memprediksi angka inflasi akan berada di level 4,6 persen. Namun, perhitungan tersebut sudah termasuk dengan ekspektasi kenaikkan harga BBM jenis Pertalite dan juga tarif listrik.
"Kalau tanpa itu [kenaikan harga Pertalite dan tarif listrik], [inflasi] kita di 4,2 pesen," ujar dia.
Suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini masih berada di level 3,50 persen, dalam 15 bulan terakhir. Ini adalah level terendah sepanjang sejarah Indonesia.
Mengutip laman resmi BI, Rabu (22/6/2022), keputusan tersebut dilakukan guna menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Baca Juga
Dalam kesempatan terpisah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan di tengah pengetatan kebijakan moneter global.
Perry menjelaskan, tingkat inflasi domestik masih terkendali, dengan perkiraan inflasi sekitar 4,2 persen pada tahun ini.
Selain itu, tambahan subsidi energi yang diberikan pemerintah akan menghambat transmisi kenaikan harga komoditas global.
“Dengan inflasi yang masih rendah, kami tidak buru-buru menaikkan suku bunga acuan. Kami akan menjaga suku bunga rendah 3,5 persen sampai ada peningkatan inflasi secara fundamental,” katanya dalam acara Indonesia Economic Prospects Launch, Rabu (22/6/2022).
Perry menilai, tingkat inflasi pun akan kembali ke sasaran target BI sebesar 2 hingga 4 persen pada 2023.