Bisnis.com, JAKARTA — Center of Economic and Law Studies atau Celios menilai bahwa Bank Indonesia atau BI menghadapi kondisi yang dilematis dalam menetapkan tingkat suku bunga acuan, karena terdapat upaya mendorong pemulihan ekonomi tetapi di sisi lain nilai tukar rupiah terganjal.
Ekonom dan Direktur Celios Bhima Yudhistira menjelaskan bahwa sejauh ini BI masih menahan suku bunga, meskipun terjadi tren kenaikan inflasi. BI sendiri memberikan sinyal bahwa suku bunga masih akan tetap terjaga.
"Itu dilematis, BI menahan suku bunga karena inflasi di dalam negeri masih terpantau stabil [3,5 persen per Mei 2022] dan ingin mendorong bank untuk memanfaatkan pemulihan, melalui peningkatan penyaluran kredit dengan bunga terjangkau. Namun, konsekuensi dari menahan tingkat suku bunga sudah berdampak terhadap stabilitas nilai tukar rupiah," kata Bhima kepada Bisnis, Rabu (22/6/2022).
Pada sore ini rupiah Jisdor tercatat berada di level Rp14.860 atau melemah 0,38 persen dari Selasa (21/6/2022) di Rp14.804. Rupiah mengalami pelemahan pada tahun berjalan dan sejumlah pihak mengkhawatirkan pergerakannya sampai menembus level Rp15.000.
Bhima menyebut bahwa pelemahan nilai tukar akan berkaitan dengan pembayaran utang luar negeri, sehingga dapat berakibat terjadinya imported inflation, terutama di sektor pangan. Menurutnya, hal tersebut perlu menjadi pertimbangan BI dalam menentukan kebijakan moneter dan menjadi perhatian pemerintah selaku pemegang kendali fiskal.
"Idealnya, BI naikkan suku bunga 25—50 bps agar rupiah bisa lebih stabil dan tidak menguras cadangan devisa untuk intervensi rupiah," kata Bhima.
Baca Juga
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan di tengah pengetatan kebijakan moneter global. Menurutnya, tingkat inflasi domestik masih terkendali dengan perkiraan sekitar 4,2 persen pada tahun ini.
“Dengan inflasi yang masih rendah, kami tidak buru-buru menaikkan suku bunga acuan. Kami akan menjaga suku bunga rendah 3,5 persen sampai ada peningkatan inflasi secara fundamental,” kata Perry dalam acara Indonesia Economic Prospects Launch, Rabu (22/6/2022).