Bisnis.com, JAKARTA — Pendiri PT Akseleran Keuangan Inklusif (Akseleran) mengungkap perjalanannya membangun perusahaan rintisan atau startup di bidang teknologi finansial (fintech), walaupun tanpa suntikan dana jumbo dari pemodal.
Sebagai gambaran, saat ini Akseleran merupakan satu di antara banyak platform dalam industri tekfin pendanaan bersama (P2P lending) yang terakhir kali menggelar putaran pendanaan di Seri A. Padahal, para platform senior di industri P2P lending sudah mencapai putaran Seri B, bahkan sebagian Seri C.
Namun, dengan kinerja penyaluran pinjaman sekitar Rp1,1 triliun sepanjang tahun berjalan dan Rp4,76 triliun secara kumulatif sejak berdiri, Akseleran terbilang mampu merangsek jajaran platform P2P lending papan atas lainnya. Ibarat dunia sepak bola, Akseleran sudah seperti tim-tim berstatus Giant Killer.
CEO & Co-Founder Akseleran Ivan N. Tambunan percaya bahwa kinerja moncer Akseleran pada periode ini merupakan buah dari tercapainya product-market fit alias membangun kecocokan produk terhadap kebutuhan pasar, yang bertujuan menjaga basis pengguna.
"Kalau pelaku startup sudah menemukan product-market fit, pasti lancar melalui fase growing mode, walaupun tanpa modal jumbo sekalipun. Bahkan, saya yakin setelah itu justru pemodal yang akan datang ke kita dengan sendirinya," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (24/6/2022).
Ivan pun menceritakan bagaimana sejak awal dirinya bersama kakak, Mikhail Tambunan (saat ini Chief Financial Officer Akseleran) dan sepupunya, Christopher Gultom (saat ini Chief Credit Officer Akseleran), mencoba mempertahankan pertumbuhan bisnis Akseleran secara organik.
Baca Juga
Sebagai informasi, Ivan sebelumnya merupakan transactional banking lawyer di kantor hukum Allen & Overy, sementara Mikhail punya latar belakang sebagai akuntan, sementara Christopher sebelumnya konsultan keuangan.
"Akseleran itu berawal dari bahan desertasi saya yang membahas platform equity crowdfunding. Ketika itu sekitar 2017, jauh sebelum industri ini mulai ada di Indonesia, dan saya pikir sangat cocok untuk diterapkan di sini. Kami bertiga pun sepakat memutuskan keluar dari pekerjaan sebagai konsultan," ungkapnya.
Akseleran pun mulai beroperasi pada Maret 2017, dengan model bisnis equity crowdfunding atau saat ini dikenal sebagai tekfin urun dana. Ivan menggambarkan bahwa tim Akseleran saat itu hanya 6 orang, berkantor di sebuah ruang kontainer salah satu co-working space di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.
Ketika itu, Akseleran hanya didukung oleh pendanaan dari angel investor memanfaatkan jaringan teman-teman kerja, untuk mulai beroperasi selayaknya tekfin urun dana, yaitu memberikan penyertaan modal kepada UMKM yang ditukar dengan kepemilikan ekuitas.
Selang beberapa bulan berjalan, nyatanya model bisnis equity crowdfunding belum banyak dikenal dan dipercaya sebagai metode permodalan alternatif buat UMKM. Ivan dan para co-founder pun memutuskan untuk pivot model bisnis Akseleran menjadi platform P2P lending.
"Waktu itu, sampai 6 bulan berjalan kami hanya mampu memberikan modal Rp2 miliar ke beberapa pelaku UMKM. Untungnya, kita ambil keputusan tepat, yaitu pivot menjadi P2P lending. Terbukti, 6 bulan setelahnya, disbursement permodalan UMKM sudah terealisasi Rp30 miliar," jelas Ivan.
Setelah itu, Akseleran mulai membidik target penyaluran pinjaman produktif buat UMKM menjadi Rp200 miliar selama setahun, sampai akhirnya bertumbuh mencapai Rp800 miliar di tahun berikutnya atau kisaran 2019. Inilah pertama kalinya Akseleran mulai dilirik investor, tepatnya oleh Beenext di Pra-Seri A.
Awal tahun 2020, Akseleran pun merealisasikan putaran pendanaan Seri A senilai US$8,55 juta, dipimpin oleh Beenext. Turut terlibat, modal ventura milik BCA bernama Central Capital Ventura (CCV), Access Ventures, Agaeti Venture Capital, serta konglomerat lokal Ahabe Group.
"Tadinya kami juga bingung, bagaimana cara cari borrower, selain itu apakah ada lender yang mau. Tapi ternyata Akseleran bisa tumbuh secara organik, karena memang kebutuhan akan pinjaman produktif di market itu besar sekali. Sementara itu, para lender juga betah, karena Akseleran terbukti bisa jadi alternatif investasi yang dipercaya. Inilah saat di mana kami mulai punya product-market fit," ujar Ivan.
Pertumbuhan organik Akseleran pun terus bertahan selama era pandemi Covid-19, dengan realisasi mencapai Rp960 miliar. Sementara sepanjang 2021, Akseleran mencatatkan kinerja penyaluran pinjaman tahunan bertumbuh dua kali lipat lagi, mencapai hampir Rp2 triliun.
Saat ini, Akseleran punya sekitar 160 orang dalam tim. Sebanyak 30 orang di antaranya khusus bidang IT, sisanya justru merupakan para profesional di bidang penyaluran kredit dan mitigasi risiko, serta para tim lapangan yang sudah tersebar sampai Sumatra, Kalimantan, dan sebagian wilayah Sulawesi.
"Ketika awal pandemi Covid-19, kami pikir banyak pelaku usaha yang akan kesulitan sampai tutup, sehingga berpengaruh ke bisnis Akseleran. Tapi siapa sangka, walaupun kami makin selektif, permintaan pinjaman tetap ada dan justru membuat NPL kami turun," jelas Ivan.
Pada akhir periode 2022 nanti, Akseleran masih optimistis membidik penyaluran pinjaman menembus Rp4 triliun. Segmen borrower andalan masih akan dipertahankan, yaitu UMKM di bidang engineering, konstruksi, energi, dan aneka jasa.