Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank of India Indonesia Tbk. atau BSWD hendak menambah modal dengan skema rights issue atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).Perusahaan akan menerbitkan 1.388.800.000 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 1.000 per saham. Dengan demikian total dana yang akan dihimpun sebesar Rp1,38 triliun.
Adapun HMETD akan dibagikan kepada para pemegang saham yang namanya tercatat pada 16 Agustus 2022, di mana setiap pemilik 1 saham lama akan memperoleh 1 HMETD. “Dalam hal para pemegang saham tidak membeli saham dalam PUT IV ini, sesuai dengan HMETD yang menjadi haknya, maka akan mengalami dilusi kepemilikan yang material, yakni sebesar 50 persen," mengutip manajemen Bank of India Indonesia dalam pengumumannya, Kamis (30/6/2022).
Mengutip laporan publikasi BSWD per Maret 2022, 76 persen saham perusahaan dipegang oleh Bank of India. Sisanya dimiliki oleh PT Panca Mantra Jaya (18 persen) dan publik (6 persen).
Bank of India, pemegang saham pengendali BSWD merupakan perusahaan yang 81,41 persen sahamnya dimiliki oleh pemerintah India. Sebanyak 18,59 persen sisanya digenggam publk.
Dengan demikian, Bank of India memperoleh hak untuk menyerap 1,056 miliar saham baru. Berdasarkan Surat Pernyataan Kesanggupan Dalam Rangka PUT IV PT Bank of India Indonesia Tbk. tanggal 15 Juni 2022 dan Bukti Setoran Dana tanggal 22 Desember 2021, 24 Desember 2021, dan 29 Desember 2021, BOI menyatakan memiliki dana sebesar Rp1 triliun. Bank juga telah menyatakan tidak akan menjual atau mengalihkan haknya kepada pihak lain selama periode perdagangan HMETD dalam PUT IV.
BSWD menyatakan sebesar 80 persen dana hasil rights issue akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Sisanya 20 persen untuk ekspansi kredit dan pembelian surat berharga.
Baca Juga
Sementara itu, per Maret 2022, BOI Indonesia memiliki modal inti Rp2,02 triliun. Angka ini masih di bawah ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan setiap bank umum di Tanah Air memiliki modal inti paling sedikit Rp3 triliun pada akhir 2022.
Kinerja BOI Indonesia
BOI Indonesia per Maret 2022 mengantogi laba Rp7,2 miliar atau naik 35,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini didukung oleh perndapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 30,38 persen yoy menjadi Rp31,75 miliar.
Bila dirinci, pendapatan bunga perseroan turun 4,56 persen yoy menjadi Rp46,45 miliar. Beban bunga turun lebih dalam, yakni 39,58 persen yoy menjadi Rp14,69 miliar.
Kendati demikian, BOI Indonesia memiliki kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) yang menggunung per Maret 2022. Bedasarkan laporan keuangan publikasi, rasio NPL gross bank naik hampir dua kali lipat dari 4,8 persen menjadi 8,38 persen. Begitu pula dengan rasio NPL net yang naik dari 1,96 persen menjadi 3,38 persen.
Kendati demikian bank memiliki permodalan yang tebal. Hal ini terlihat dari capital adequacy ratio (CAR) perseroan yang sebesar 101,79 persen, melesat dibandingkan Maret 2021, yang sebesar 46,42 persen.