Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bank Neo Commerce (BBYB) Ungkap Jurus Tekan Beban Operasional

Bank Neo Commerce tercatat memiliki rasio BOPO sebesar 156,75 persen pada semester I/2022, turun jika dibandingkan akhir 2021 yang mencapai 224 persen.
Karyawan beraktivitas di salah satu kantor cabang Bank Neo Commerce di Jakarta, Rabu (5/1/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di salah satu kantor cabang Bank Neo Commerce di Jakarta, Rabu (5/1/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) telah mempunyai sejumlah jurus untuk menekan beban operasional dan pendapatan operasional atau BOPO tahun ini.

Bank Neo Commerce tercatat memiliki rasio BOPO sebesar 156,75 persen pada semester I/2022, turun jika dibandingkan akhir 2021 yang mencapai 224 persen. Meski dalam tren menurun, rasio ini masih di bawah ketentuan bank sentral yang mematok batas maksimum 90 persen.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan penurunan BOPO itu terjadi karena perseroan melakukan sejumlah terobosan. Salah satunya pembatasan gratis transfer hingga 25 kali dalam satu bulan untuk tiap pengguna.

“Kami harus melakukan itu. Kami melihat profil customer dan transaksi, kami tetap berikan 25 kali, dan kami menilai bahwa 25 itu jumlah yang tepat untuk nasabah menikmati free transfer. Setelah 25 kali, tetap bisa transfer dan dikenakan biaya murah Rp2.000,” ujarnya baru-baru ini.

Menurutnya, jurus tersebut sedikit memicu penurunan rasio BOPO perseroan. Selain itu, Bank Neo Commerce akan mengkaji kembali performa sekaligus statistik kinerja bank. Tjandra menuturkan ada beberapa lini yang masih memiliki ruang untuk dipacu efektifitasnya.

Sampai dengan paruh pertama 2022, emiten bank berkode saham BBYB ini masih dihantui kerugian. Meski demikian, rugi bersih yang dibukukan BBYB sudah berada di jalur penurunan.

Tjandra menyatakan rugi setelah pajak mencapai Rp606 miliar pada semester pertama tahun ini. Angka ini turun dibandingkan 2021 yang membukukan rugi Rp990 miliar.

Selain itu, kerugian tersebut terus menyusut sepanjang tahun ini, dari Rp160 miliar pada Januari 2022 menjadi hanya Rp90 miliar per Mei. Kemudian, memasuki bulan Juni, kerugian menjadi hanya Rp30 miliar.

Adapun, perlambatan kerugian itu disebabkan oleh meningkatnya pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII). Sepanjang semester I/2022, NII perseroan mencapai Rp547 miliar, naik jika dibandingkan tahun 2021 yang membukukan Rp315 miliar.

Sementara itu, capaian rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perseroan mencapai double digit di kisaran 10,16 persen pada Juni 2022. Meski sudah naik 5 persen secara tahunan, BBYB memperkirakan NIM masih dapat tumbuh sampai 15 persen tahun ini.

Dari sisi aset, BBYB juga mencatatkan kenaikan secara year-to-date (ytd) dari Rp11,33 triliun pada Desember 2021 menjadi Rp14,36 triliun per Juni 2022. Kredit juga mengalami kenaikan sampai Rp7 triliun dari yang sebelumnya Rp4,27 triliun pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper