Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Mungkin Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen, Ekonom Ungkap Alasannya!

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengungkapkan alasan BI mungkin pertahankan suku bunga acuan pada pengumuman RDG minggu ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro memprediksi Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 3,5 persen Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20 dan 21 Juli 2022.

Menurutnya, BI akan mengubah pesan kebijakannya menjadi lebih hawkish dari sebelumnya.

“Kami telah menyoroti pentingnya pemantauan komunikasi BI, khususnya Gubernur BI Perry Warjiyo, ketika menentukan arah suku bunga. Perhatikan terlepas dari semua pengetatan moneter secara global, pejabat BI sejauh ini menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang terlalu hawkish,” katanya, Selasa (19/7/2022).

Satria mengatakan nilai tukar rupiah pada Juli 2022 sebenarnya menguat terhadap sebagian besar mata uang Asia. Lebih lanjut, dia menuturkan perekonomian Indonesia juga mencatatkan surplus perdagangan yang lebih besar dari perkiraan, mencapai US$5,1 miliar pada Juni 2022.

Sejalan dengan itu, cadangan devisa Indonesia meningkat US$800 juta menjadi US$135,6 miliar di tengah bank sentral China dan India mencatatkan penurunan cadangan devisa. Rupiah yang masih kuat tersebut kata Satria menjelaskan mengapa Indonesia masih memiliki inflasi yang terkendali, terutama dari jalur impor.

Di tengah gangguan rantai pasokan yang telah mendorong kenaikan harga bahan mentah, memiliki mata uang yang kuat menurutnya bermanfaat untuk menekan biaya impor dan mengendalikan tekanan inflasi

“Mata uang yang kuat, yang merupakan keuntungan bagi Indonesia yang industri manufakturnya bergantung pada barang setengah jadi yang diimpor, pada akhirnya mengurangi kebutuhan BI untuk menaikkan suku bunga,” jelasnya.

Menurutnya, pasar memiliki ekspektasi agar BI  menaikkan suku bunga sebagai opsi teraman untuk mempertahankan perbedaan spread suku bunga yang sehat dan menarik arus masuk modal.

Namun, Satria memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga selama sisa tahun ini untuk menghindari permintaan domestik yang berlebihan. Pasalnya, kata dia, etiap kenaikan suku bunga akan menyebabkan kelemahan yang signifikan dalam rupiah dan cadangan devisa.

Dia mengatakan semakin tinggi kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed dan bank sentral lainnya, maka semakin cepat tingkat inflasi di negara tersebut akan turun. Satria menambahkan semakin cepat bank sentral akan kembali melakukan pelonggaran.

Jika bank sentral global bergerak menurunkan suku bunga tetapi BI memilih untuk mempertahankan suku bunga, kemungkinan akan terjadi normalisasi perbedaan tingkat imbal hasil yang akan menyebabkan kembalinya arus masuk asing.

“Untuk ekonomi Indonesia, skenario blue-sky di sini, perbedaan tingkat imbal hasil yang lebar, inflasi yang rendah, pertumbuhan PDB yang sehat, surplus perdagangan yang besar, pada akhirnya dapat memperkuat rupiah lebih jauh ke bawah Rp14.000 per dolar AS pada 2023, menurut pandangan kami,” kata Satria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper