Bisnis.com, JAKARTA - PT Asuransi Jiwa Sequis Life membukukan pendapatan premi senilai Rp739,44 miliar sepanjang kuartal I/2022.
Pada kuartal yang sama, total dana kelolaan investasi tercatat mencapai Rp18,27 triliun dan total aset mencapai Rp19,44 triliun, naik sebesar 1 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.
"Pada kuartal I/2022, total klaim dan manfaat yang dibayarkan Sequis Life lebih dari Rp672,4 miliar. Sejak awal pandemi sampai Mei 2022, Sequis juga telah membayarkan total klaim kematian dan kesehatan terkait Covid-19 sebesar lebih dari Rp400 miliar,” ujar President Director & CEO Sequis Life Tatang Widjaja melalui siaran pers, Kamis (21/7/2022).
Menurut Tatang, pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat pada 2021 karena gencarnya vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tetapi, kondisi belum sepenuhnya normal ditambah merebaknya kekhawatiran varian Omicron yang memengaruhi kontribusi kinerja porsi saham terkait LQ45 Indeks sepanjang 2021. Kinerja saham berkapitalisasi besar (LQ45) membukukan kinerja negatif -1,5 persen yoy, jauh di bawah kinerja positif IHSG +9,03 persen yoy.
"Kinerja ini juga memengaruhi capaian kinerja perusahaan karena Sequis menempatkan investasi pada saham berkapitalisasi besar dan liquid (LQ45 Indeks). Namun, ia masih optimistis dapat merealisasikan kembali kinerja positif di tahun ini," katanya.
Tatang meyakini kinerja investasi Sequis berbasis saham dapat tumbuh mendekati 10 persen per tahun pada 1-3 tahun ke depan, mengingat pasar saham masih didukung prospek normalisasi perekonomian dan pemulihan pertumbuhan pendapatan emiten bursa khususnya di 2022. Optimisme ini tidak lain didasarkan pada analisa konsensus yang memproyeksikan tren hasil investasi saham rupiah akan lebih prospektif pada tahun 2022. Ditunjang dengan kondisi inflasi Indonesia yang masih terkendali karena kesiapan pemerintah dan bank sentral merespon krisis global dengan berbagai kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri termasuk tidak menaikkan suku bunga di tengah angka inflasi global yang meningkat tinggi.
Baca Juga
Sesuai prioritas utama perusahaan dalam mengelola risiko investasi jangka panjang, di 2022, Sequis terus menjaga porsi investasinya pada aset pendapatan tetap, saham dan pasar uang yang aman dan likuid. Porsi investasi terbesar masih pada obligasi pemerintah, BUMN, dan swasta dengan peringkat AAA dan AA. Sebagian lainnya ditempatkan di saham dan deposito mayoritas pada bank buku 3 dan 4, yang secara aktif diawasi risiko likuiditas dan tingkat kesehatannya.
Dia mengatakan, Sequis mempercayakan pengelolaan investasi pada rekanan manajer investasi terpilih yang memiliki rekam jejak dan reputasi baik. Semua hal ini merupakan implementasi riil Sequis dalam mengelola kualitas dan likuiditas tiap aset investasi, memastikan kelancaran pembayaran klaim, dan melindungi seluruh nasabah.
Total aset kelolaan sequis yang mulai naik di kuartal pertama tahun ini adalah indikasi membaiknya kondisi pasar keuangan pasca tekanan pandemi.
“Kami optimistis bahwa transisi kondisi pandemi ke endemi dapat berjalan baik ditambah lagi perekonomian mulai menggeliat. Bisnis asuransi jiwa di Indonesia masih sangat potensial. Ada banyak kesempatan untuk memenuhi kebutuhan berasuransi masyarakat menyesuaikan dengan kondisi saat ini karena pasar masih sangat luas dan penetrasi industri masih relatif rendah. Untuk itu, kami terus mempersiapkan diri menyambut tantangan baru dalam persaingan di industri asuransi,” sebut Tatang.
Adapun, sepanjang 2021, Sequis Life mencatatkan kinerja positif meski sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya dengan pendapatan premi bruto senilai Rp3,03 triliun. Pendapatan premi bruto tersebut berasal dari 86 persen premi lanjutan senilai Rp2,6 triliun dan 14 persen merupakan premi bisnis baru senilai Rp427,13 miliar.
Laba setelah pajak yang dikumpulkan senilai Rp563,34 miliar di tahun lalu. Sementara itu, total aset Sequis Life masih mencatatkan Rp19,22 triliun. Sequis Life juga masih dapat mempertahankan posisi modal yang kuat untuk mendukung keseluruhan operasi bisnisnya dengan risk-based capital (RBC) sebesar 511 persen.