Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan per Juni 2022 berada pada fase perlambatan di saat permintaan kredit melesat. Perbankan diperkirakan mulai mencari cara untuk menarik dana masyarakat dengan memberi imbal hasil menarik.
Berdasarkan laporan analisis uang beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), penghimpunan DPK pada Juni 2022 tercatat sebesar Rp.7.330,3 triliun atau tumbuh 8,9 persen year-on-year (yoy). Capaian ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya, yang meningkat 10,1 persen yoy.
Sebaliknya, pertumbuhan kredit bank kini justru sudah menembus angka digit ganda. Sampai dengan Juni 2022, kredit bank tumbuh 10,3 persen yoy.
Salah satu faktor yang menahan laju DPK salah satunya kebijakan normalisasi giro wajib minimum (GWM) yang ditetapkan oleh bank sentral. Bank Indonesia melaporkan sudah menarik sekitar Rp219 triliun likuiditas dari bank sejak 1 Maret sampai dengan 15 Juli 2022.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa laju kredit yang sudah melampaui pertumbuhan DPK, dapat memengaruhi likuiditas bank dalam menyalurkan pembiayaan ke depan. Dengan kondisi itu, bank akan mulai menarik dana masyarakat dengan berbagai strategi, seperti menaikkan bunga simpanan maupun dengan promo menarik lainnya.
Menurutnya, cara tersebut sudah ditempuh oleh beberapa bank, terutama bank digital yang menawarkan bunga simpanan lebih menarik dibandingkan dengan rata-rata bunga berjangka yang berlaku saat ini.
Baca Juga
“Saya rasa kondisinya sudah menuju ke sana terutama untuk bank-bank digital karena mereka harus melakukan upaya menarik perhatian selain dengan promosi yang bakar-bakar uang. Mereka juga pasti akan menempatkan posisi bunga di atas rata-rata supaya tetap bisa kompetitif dalam menarik nasabah,” ujar Amin Minggu (24/7).
Selain itu, Amin menegaskan melambatnya laju DPK dapat dipengaruhi oleh keputusan bank sentral yang masih menahan bunga acuan. Dengan demikian, pemilik dana melihat simpanan di bank cenderung belum semenarik instrumen investasi lain.
Dalam beberapa waktu terakhir, Amin menuturkan bank memilih untuk memperkuat struktur dana murah atau current account saving account (CASA). Cara itu dilakukan untuk menjaga selisih bunga bersih atau net interest margin (NIM) dengan tujuan keuntungannya masih terjaga.