Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dear Investor, Ini Penyebab Rugi Bank Neo Commerce (BBYB) Bengkak

PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) mencatatkan rugi bersih tahun berjalan senilai Rp611,43 miliar hingga 30 Juni 2022, naik lebih dari 4 kali lipat.
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) mencatatkan rugi bersih tahun berjalan senilai Rp611,43 miliar hingga 30 Juni 2022. Rugi bank digital ini membengkak 360 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan periode sebelumnya tercatat merugi Rp132,86 miliar.

Lantas, apa penyebab rugi Bank Neo Commerce melonjak hingga 360 persen dalam setahun?

Padahal total aset BBYB naik 105 persen yoy, dari sebelumnya bernilai Rp6,99 triliun kini menjadi Rp14,36 triliun. Kenaikan aset tersebut salah satunya disebabkan oleh penyaluran kredit yang melesat 84,2 persen dari semula Rp3,82 triliun menjadi Rp7,04 triliun.

Dari sisi liabilitas, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank disokong oleh dana murah (Current accounts saving accounts/CASA) yang naik 301 persen yoy, menjadi Rp 3,15 triliun. Akan tetapi rasio CASA bank tergolong kecil atau hanya 28,3 persen dari total DPK senilai Rp11,1 triliun.

Alhasil beban bunga BBYB naik 90 persen dari Rp163,6 miliar menjadi Rp310,5 miliar. Namun pertumbuhan beban bunga ini masih dapat diserap oleh pendapatan bunga yang naik 186 persen yoy menjadi Rp857,5 miliar.

Bila dibedah lebih lanjut, bank yang dikendalikan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia itu mengalami kenaikan signifikan pada rugi operasional yang disebabkan oleh beban tenaga kerja dan promosi. 

Per Juni 2022, beban tenaga kerja naik 86,6 persen yoy, dari Rp66,93 miliar menjadi Rp124,2 miliar.

Senada, beban promosi BBYB mengalami kenaikan 140 persen yoy menjadi Rp251,28 miliar. Pendapatan dan beban operasional lainnya juga ikut naik 329 persen yoy dari Rp268,6 miliar menjadi Rp1,15 triliun hingga Juni 2022.

Meskipun pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) melambung hingga 973 persen yoy,  rugi operasional BBYB tetap merangkak naik sebesar 358 persen yoy menjadi Rp606,65 miliar.

Adapun hingga Juni 2022, BBYB tercatat memiliki modal inti (tier 1) senilai Rp2 triliun per Juni 2022, atau tumbuh 75 persen yoy dari sebelumnya Rp1,14 triliun di posisi yang sama tahun 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper