Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) terus memperkuat bisnis treasury yang tercermin dari meningkatnya laju porsi bisnis tersebut di setiap tahunnya.
SEVP Treasury & Global Services BRI Achmad Royadi mengatakan bahwa selama ini, emiten bersandi saham BBRI itu selalu mengedepankan satu kesatuan yang solid untuk bertumbuh secara berkelanjutan.
“Pertumbuhan bisnis treasury BRI pun tak terlepas dari visi perseroan untuk menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia dan Champion of Financial Inclusion,” kata Achmad dalam keterangan tertulis, seperti dikutip pada Senin (8/8/2022).
Achmad mengungkapkan BRI juga terus memperkuat kontribusi fee dan pendapatan operasional lainnya untuk memperkokoh posisi pasar perseroan. "Bisnis treasury BRI porsinya terus ditingkatkan setiap tahun untuk ikut menopang total fee dan pendapatan operasional lainnya tersebut,” ujarnya.
Pada 2018, sumbangsih treasury BRI naik menjadi Rp1,51 triliun dengan total fee dan pendapatan operasional lainnya yang mencapai Rp22,7 triliun. Porsi di bisnis ini terus bertambah, di mana pada 2019 nilainya mencapai Rp1,69 triliun dari total Rp27,5 triliun.
Kemudian pada 2020 bisnis treasury berkontribusi mencapai Rp4,05 triliun dari total fee dan pendapatan operasional lainnya yang sebesar Rp28,43 triliun.
Baca Juga
Lalu, pada paruh pertama 2021 nilainya mencapai Rp2,66 triliun dari total Rp16,3 triliun dan bisnis treasury berkontribusi sebesar Rp4,92 triliun atau sebesar 15,19 persen pada fee dan pendapatan operasional lainnya sepanjang tahun 2021 sebesar Rp32,40 triliun.
Achmad mengungkapkan BRI terus berperan aktif dalam kegiatan pendalaman pasar keuangan dengan melakukan pengelolaan likuiditas bank dan portofolio surat berharga yang optimal.
Selain itu, perseroan juga aktif sebagai market maker dalam memenuhi kebutuhan client, baik segmen ritel, korporasi maupun interbank dalam mendukung keberlanjutan pasar keuangan yang maju, modern dan transparan.
“Melalui penguatan bisnis treasury, BRI semakin siap untuk melayani pasar Indonesia,” tambahnya.
Adapun, optimisme tersebut didasari oleh peluang yang melimpah dengan populasi generasi muda yang terus bertambah, yaitu lebih dari 190 juta populasi produktif dan 30 juta usaha mikro yang belum tergarap.