Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Likuiditas Mengetat, OK Bank (DNAR) Kaji Opsi Naikkan Suku Bunga Deposito

“Kalau ada kecenderungan kenaikan suku bunga DPK kita juga harus melakukan hal yang sama.”
Pekerja melakukan perawatan gedung di dekat logo Bank Oke Indonesia di Jakarta, Jumat (12/11/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja melakukan perawatan gedung di dekat logo Bank Oke Indonesia di Jakarta, Jumat (12/11/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) menyiapkan strategi untuk mengantisipasi mengetatnya likuiditas di Tanah Air.

Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah mengatakan sebagai bagian dari ekosistem perbankan, OK bank tentu saja harus mengikuti tren di pasar, termasuk perihal kenaikkan suku bunga.

“Kalau ada kecenderungan kenaikan suku bunga DPK kita juga harus melakukan hal yang sama,” kata Efdinal kepada Bisnis, Senin (8/8/2022).

Efdinal menuturkan kebutuhan DPK akan linear dengan pertumbuhan kredit. Jika terjadi pengetatan likuiditas, untuk mengatasi hal ini bank melakukan sejumlah cara, antara lain dengan menaikan suku bunga DPK.

Sebagai informasi, laporan terbaru LPS Juli 2022 menyebut suku bunga simpanan rupiah masih berada pada tren menurun dengan laju yang melambat. Rata-rata tingkat bunga deposito Rupiah (22 moving daily average) seluruh bank LPS pada akhir Juni stabil di level 3,09 persen.

Sementara itu, suku bunga maksimum turun 2 bps ke level 3,66 persen, sedangkan suku minimum naik 1 bps ke level 2,53 persen.

Suku bunga seluruh bank untuk valuta asing mulai menunjukkan kenaikan dipengaruhi kenaikan suku bunga offshore dan suku bunga operasi moneter, suku bunga maksimum naik 7 bps ke level 0,64 persen, sedangkan suku bunga minimum dan rata-rata seluruh bank valuta asing masing-masing naik 4 bps dan 5 bps ke level 0,39 persen dan 0,51 persen.

LPS untuk pertama kali menyebut beberapa bank berpotensi menaikan suku bunga rupiah dan suku bunga valuta asing untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Meski demikian, kebijakan bunga perbankan diperkirakan masih akan memperhatikan spread biaya bunga simpanan dan kredit dalam rangka menjaga kinerja net interest margin.

Pada perkembangan lain, Survei Konsumen (SK) menyebutkan kelompok masyarakat berpenghasilan Rp5 juta keatas per bulan mengurangi porsi tabungan mereka pada Juli 2022 dibandingkan dengan Juni 2022.

Hal tersebut juga dilakukan oleh masyarakat dengan penghasilan Rp3,1 juta - Rp4 juta per bulan, Rp4,1 juta - Rp5 juta per bulan. Pada saat yang bersamaan, proporsi pengeluaran untuk cicilan dan pinjaman meningkat.

Masyarakat berpenghasilan Rp3,1 juta - Rp4 juta per bulan, rata-rata porsi tabungannya terhadap pendapatan turun dari 17 persen menjadi 16,4 persen Juli 2022.

Responden berpenghasilan Rp4,1 juta - Rp5 juta per bulan turun dari 18,1 persen menjadi 17,8 persen dan masyarakat berpenghasilan di atas 5 juta ke atas turun dari 19 persen pada Juni 2022 menjadi 17,8 persen per Juli 2022.

Selain menaikkan suku bunga, kata Efdinal, untuk meraih likuiditas perusahaan juga berencana rights issue pada kuartal IV/2022. Proses tersebut masih berjalan sesuai rencana hingga saat ini.

“Dalam minggu ini permohonan untuk mendapatkan pernyataan efektif dari OJK, akan dikirimkan ke OJK pengawasan pasar modal. Rights issue tentu saja membantu bank terkait permasalahan likuiditas,” kata Efdinal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper