Bisnis.com, JAKARTA - Kontribusi layanan financial technology (fintech), pilar ketiga dari lini bisnis PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yaitu GoTo Financial, diyakini akan meningkat sejalan dengan proyeksi percepatan profitabilitas perusahaan digital terbesar di Indonesia ini.
Salah satunya karena terwujudnya kolaborasi GoTo Financial dengan PT Bank Jago Tbk (ARTO) melalui pembukaan akses layanan Bank Jago di aplikasi GoBiz untuk para mitra usaha Gojek dan GoTo Financial. GoTo Group memiliki 21,4% saham di Bank Jago.
Deputy Head of Research Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy, mengapresiasi kolaborasi Bank Jago yang mengoptimalkan ekosistem GoTo, khususnya pilar bisnis GoTo Financial melalui GoBiz yang merupakan aplikasi merchant untuk mengelola bisnis para mitra usaha Gojek dan GoTo Financial.
”Ini menjadi salah satu sinergi ekosistem GoTo dengan Bank Jago dan ke depannya jika penyaluran kredit atau modal kerja kepada mitra usaha GoBiz bisa berjalan dengan baik, tentu saja menjadi extra revenue dari sisi GoTo Financial,” ungkap Paulus kepada wartawan, dikutip Bisnis.com, Rabu (10/9/2022).
Dampak kolaborasi Bank Jago dengan GoTo Financial terutama kontribusinya terhadap percepatan profitabilitas GoTo, menurut Paulus, akan terus meningkat seiring dengan semakin luasnya daya jangkau kepada masyarakat.
”Ruang tumbuhnya masih besar. Memang kita juga masih menunggu bentuk-bentuk sinergi lain dari ekosistem GoTo dengan partner kerja sama lain seperti dengan Bank Jago ini salah satunya,” terangnya.
Hal senada disampaikan analis Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Farras Farhan, dalam risetnya baru-baru ini. Lini bisnis fintech GoTo yang menjadi perekat segmen bisnis on-demand dan e-commerce, menurutnya akan semakin berkembang dan menyumbang pendapatan lebih banyak ke GoTo Group. GoTo Financial sendiri memiliki beberapa bisnis yang terbagi dalam empat kategori: pembayaran konsumen, pembayaran pedagang, solusi pedagang, dan platform pinjaman.
Pembayaran konsumen dijalankan melalui GoPay yang merupakan pemimpin pasar (88%) menurut survei terbaru dari Populix. Untuk solusi merchant, GoTo Financial menggunakan brand GoBiz dan Moka yang menawarkan layanan POS (Point of Sale) yang memudahkan merchant mengakses pembayaran digital dari konsumen.
Sedangkan untuk platform pinjaman, GoTo Financial menawarkan layanan GoPaylater dan GoModal, yang memberikan akses ke pinjaman modal (GoModal) dan skema beli sekarang bayar nanti (GoPaylater) dengan imbalan biaya berlangganan dan pendapatan bunga.
Di dalam risetnya, analis CGS-CIMB menyebutkan bahwa ke depannya Bank Jago akan bermitra dengan GoTo Financial untuk memberikan produk pinjaman kepada para merchant dan konsumen GoTo. Pendapatan yang dihasilkan dari produk pinjaman ini dapat dibagi dua antara GoTo Financial dengan Bank Jago.
Di sisi lain, Citi Research dari Citigroup Sekuritas Indonesia (CSI) memberikan target harga (target price) yang tinggi untuk saham GoTo karena mereka percaya pada kekuatan kolaborasi ekosistem Gojek, Tokopedia, GoTo Financial, dan Bank Jago yang menjadi andalan masyarakat Indonesia untuk kebutuhan sehari-hari mereka.
Menurut tim riset Citi, ekosistem GoTo yang terintegrasi merupakan keunikan yang dapat meningkatkan prospek pertumbuhan dan monetisasi GoTo Group di masa mendatang, khususnya ketika GoPay dan Bank Jago meningkatkan kapabilitas monetisasinya.
”Tingkat pengambilan yang relatif rendah (low take rates) untuk e-commerce GoTo dan GoTo Financial, dalam pandangan kami, memiliki potensi positif dan akan menghasilkan pendapatan serta profitabilitas yang lebih tinggi. Kami sedikit di depan dibandingkan konsensus dalam menilai pertumbuhan GTV (Gross Transaction Value) dan perkiraan pendapatan,” tulis tim riset Citi yang disusun oleh Ferry Wong CFA, Ryan Davis, Justian Rama, Alicia Yap CFA, dan Nelson Cheung.
Citi Sekuritas memproyeksi GTV GoTo tumbuh 42% pada 2022 menjadi Rp655 triliun, tumbuh 49% pada 2023 menjadi Rp974 triliun, dan naik 43% pada 2024 menjadi Rp1.389 triliun. Pendapatan bersih GoTo diyakini melesat 51% pada 2022 menjadi Rp23 triliun, naik 46% pada 2023 menjadi Rp34 triliun, dan meningkat lagi 41% pada 2024 menjadi Rp47 triliun.