Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberi sinyal tidak akan buru-buru menaikkan suku bunga acuan dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi.
Perry mengatakan, tingkat inflasi Indonesia pada Juli 2022 tercatat mencapai 4,94 persen secara tahunan, melebihi sasaran BI pada kisaran 2 hingga 4 persen.
Meski inflasi secara umum tercatat tinggi, kenaikan lebih didorong oleh inflasi pada komponen harga bergejolak (volatile food) yang tercatat mencapai 11,47 persen secara tahunan pada Juli 2022.
Di sisi lain, Perry mengatakan tingkat inflasi pada komponen inti masih tercatat rendah, yaitu sebesar 2,86 persen secara tahunan.
Tingkat yang masih rendah tersebut, imbuhnya, menunjukkan daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Sementara itu, ekspektasi inflasi hingga Juli 2022 masih terjaga.
“Kami juga sementara ini belum perlu untuk menaikkan suku bunga, karena ada subsidi dan pengendalian pangan, sehingga dari sisi kebijakan suku bunga, tidak harus buru-buru menaikkan suku bunga,” katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2022, Kamis (18/8/2022).
Baca Juga
Perry menambahkan, dari sisi kebijakan moneter, BI juga melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah. Tingkat depresiasi rupiah kata dia termasuk yang terbaik di tingkat global.
Hal ini tercermin dari depresiasi rupiah yang tercatat sebesar 3,5 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd).
“Kami lakukan intervensi stabilisasi nilai tukar rupiah supaya tidak mengganggu stabilitas bagi pemulihan ekonomi dan agar harga di dalam negeri tidak naik karena gejolak global,” jelasnya.