Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan bank negara (Himbara) terus memacu transformasi digital, dengan menjalankan bisnis perbankan secara hybrid dan efisien.
Bank BUMN juga terus menata ulang kantor cabang yang dimiliki agar dapat memberikan layanan yang cepat dan mudah.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan sejak 2016 perusahaan telah melakukan transformasi, di mana salah satu area transformasinya yakni transformasi digital.
Ke depan, arah pengembangan digital BRI akan difokuskan pada 3 hal, yakni digitizing core, digital ecosystem dan new digital proposition.
Secara alami, akibat adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
Dia mengatakan hingga akhir Juni 2022 tercatat jumlah jaringan kantor BRI berjumlah 8.804 kantor, menurun dibandingkan akhir tahun lalu yakni sebanyak 8.993 jaringan kantor.
Baca Juga
“Ke depan, BRI akan terus melakukan penataan jaringan kerja, baik menambah atau mengurangi, agar lebih produktif dan efisien namun tetap efektif dalam memberikan layanan perbankan,” kata Aestika kepada Bisnis, Senin (22/8/2022).
Dia mengatakan BRI berkomitmen untuk tetap memberikan layanan perbankan yang optimal kepada masyarakat, meskipun dilakukan penutupan maupun relokasi kantor.
Saat ini BRI telah memiliki Agen BRILink sejumlah 539.000 yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan di daerah 3T (terdepan, terluar dan terdepan).
Para agen tersebut dapat melayani transaksi perbankan sebagaimana kantor konvensional, seperti transfer, setor, tarik tunai, pembayaran dan lain-lain.
BRI juga dalam bertransformasi tidak ada PHK pada karyawan. Karyawan pada kantor yang ditutup akan dialihkan kepada kantor BRI lain, atau dialihkan menjadi penyuluh digital.
Aestika berpandangan pada masa mendatang layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital. Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan agar sistem bank digital beroperasi maksimal diperkirakan masih sekitar 5-10 tahun lagi.
Fakta itu membuat kehadiran bank konvensional seperti BRI masih dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Sementara itu, Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau BMRI Rudi As Aturridha mengatakan dalam mendorong transformasi digital, perseroan meluncurkan 241 Smart Branch by Mandiri secara serentak di 89 kota/kabupaten dan 29 Provinsi di Indonesia.
Adapun, transformasi Smart Branch by Mandiri ini dihadirkan ke dalam tiga tipe antara lain Digital Box, Hybrid Branch dan Upgrade Branch.
“Ketiga tipe ini diharapkan mampu mengakomodir seluruh karakter nasabah maupun masyarakat yang masih membutuhkan layanan perbankan di cabang maupun edukasi finansial dengan lebih nyaman dan interaktif,” kata Rudi.
Senada Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Andi Nirwoto mengatakan bagi BTN, digitalisasi adalah suatu keharusan, seiring dengan transaksi lewat kanal digital yang sudah di atas 90 persen di perusahaan.
Sisanya dilakukan dengan tatap muka atau lewat kantor cabang.
“Dengan kondisi tersebut serta solusi-solusi berbasis digital akan menjadikan BTN membentuk Hybrid Bank agar tetap adaptif dengan perubahan atau kebutuhan nasabah serta tantangan ke depan,” kata Andi.
Dia mengatakan dalam melakukan transformasi digital BTN tetap berfokus pada bisnis utama BTN yaitu Mortage, dengan memperkuat Ekosistem Mortage.
Layanan-layanan berbasis Digital seperti Mobile Banking Super App, Internet Banking for Business, BTN Property Portal, dan lain-lain, sudah dan akan terus diperkenalkan BTN.
Sebelumnya, data statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan memperlihatkan dibandingkan dengan Desember 2021, jumlah kantor cabang bank umum berkurang 6.565 kantor cabang pada April 2022 menjadi 25.771 kantor cabang.
Berdasarkan kategori, bank persero atau bank milik negara paling agresif dalam merampingkan kantor cabang. Selama periode Desember 2021-April 2022, jumlah kantor cabang bank persero berkurang 4,884 atau 74,39 persen dari total kantor cabang yang ditutup pada periode tersebut. Per April 2022 jumlah kantor cabang di bank persero sebanyak 13.298 kantor.
Urutan kedua, bank pembangunan daerah (BPD) yang menutup 1.120 kantor cabang selama 4 bulan pertama 2022. Per April 2022 jumlah kantor cabang BPD mencapai 4.007 kantor. Adapun jumlah kantor cabang swasta nasional berkurang 587 selama 4 bulan pertama 2022, sehingga totalnya menjadi 8.443 kantor cabang.
Pengamat Ekonomi Perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan perampingan kantor cabang yang dilakukan bank menandakan bahwa bank tersebut makin sangat adaptif di era digital.
Dia mengaku terkejut dengan adopsi digital di bank-bank milik negara. Selama ini BUMN diasumsikan paling lambat dalam bertransformasi ke digital. Namun kondisi yang terjadi di bank-bank persero mematahkan asumsi tersebut.
“Saya menduga bank milik negara telah berubah paradigmanya. Dahulu bank-bank negara suka membangun kantor cabang. Karena untuk memperbesar pasar harus bangun kantor. Sekarang sudah berbeda di era digital,” kata Doddy.