Bisnis.com, JAKARTA – Untuk tetap menjaga profitabilitas sepanjang tahun ini, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah menyiapkan langkah mitigasi sekaligus strategic response terkait kenaikan suku bunga acuan yang menjadi 3,75 persen.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa dari sisi aset, perseroan akan memperkuat komposisi pinjaman dengan imbal hasil tinggi, yakni segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), khususnya mikro dan ultramikro sebagai sumber pertumbuhan baru.
“Adapun dari sisi liabilitas, efisiensi COF [cost of fund] akan terus dilakukan melalui fokus pada penghimpunan dana murah atau CASA dengan mengoptimalkan CASA berbasis transaksi, mendorong penetrasi digital, dan implementasi CASA culture,” ujarnya Rabu (24/8).
Supari mengatakan khusus di segmen mikro dan ultramikro, BRI akan mengakselerasi sinergi dari holding ultramikro. Hal ini tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan kredit, tetapi juga meningkatkan efisiensi COF, biaya operasional, dan biaya kredit di segmen tersebut.
Hingga Juni 2022, secara bank only, BRI meraih pertumbuhan kredit sebesar 10 persen year-on-year (yoy). Kenaikan ini didorong kredit mikro yang tumbuh 16 persen yoy, sehingga meningkatkan komposisinya menjadi 42,4 persen atau dari 40,2 persen pada Juni 2021.
“Sementara itu BRI mencatat pertumbuhan CASA sebesar 13,7 persen yoy dengan komposisi mencapai 65,4 persen dari total dana pihak ketiga. Kenaikan CASA turut mendorong efisiensi COF BRI yang mencapai 1,70 persen turun dari Juni 2021 sebesar 2,18 persen,” tuturnya.
Baca Juga
Di sisi lain, emiten bank berkode saham BBRI ini meyakini bahwa kebijakan Bank Indonesia, yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen, tidak akan memengaruhi kinerja kredit perseroan.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan perubahan suku bunga tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kredit. Pasalnya, suku bunga bukan satu-satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan kredit nasional.
Berdasarkan perhitungan model ekonometrika, kata Aestika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, BRI yakin tetap mampu menumbuhkan kinerja kredit.
“BRI tetap optimistis mampu menumbuhkan kredit di kisaran 9 persen hingga 11 persen secara year-on-year [yoy] sampai dengan akhir tahun 2022, atau sampai dengan saat ini tidak merevisi pertumbuhan yang ditetapkan pada awal tahun,” pungkasnya.
Dia menambahkan bahwa perseroan akan tetap fokus pada pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta minim eksposur terhadap gejolak ekonomi global, seperti sektor pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.