Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat penyaluran kredit perseroan secara bank only tumbuh sebesar 9,39 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga akhir Juli 2022.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyampaikan sektor yang mendominasi penyaluran kredit BRI, yakni perdagangan, pertanian, dan rumah tangga.
“Khusus untuk kredit segmen UMKM tercatat tumbuh positif yoy, dengan pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh segmen mikro dengan growth di kisaran 16 persen yoy,” kata Aestika kepada Bisnis, Kamis (25/8/2022).
Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 22 – 23 Agustus 2022 menyampaikan bahwa kredit perbankan pada Juli 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 10,71 persen yoy yang ditopang oleh peningkatan di seluruh jenis kredit dan pada sebagian besar sektor ekonomi.
Adapun untuk segmen UMKM, pertumbuhan kredit UMKM tercatat sebesar 18,08 persen yoy pada Juli 2022, terutama didukung oleh segmen mikro dan kecil.
Dalam RDG, bank sentral juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen, suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 3,00 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
“Agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat,” ujar Perry.
Menurut proyeksi bank pelat merah bersandi saham BBRI itu, kenaikan BI rate sebesar 25 bps tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kredit perbankan. Aestika menerangkan hal ini mengingat suku bunga kredit bukan satu-satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan kredit nasional.
Berdasarkan perhitungan model ekonometrika, lanjut Aestika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
"Oleh karenanya, BRI tetap optimistis mampu menumbuhkan kredit secara umum di kisaran 9 persen – 11 persen yoy hingga akhir tahun 2022, atau sampai dengan saat ini tidak merevisi target pertumbuhan yang ditetapkan pada awal tahun," pungkasnya.