Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara atau Bank Sumut membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp345,51 miliar pada semester I/2022, naik 12,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2021 senilai Rp307,04 miliar.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan di Harian Bisnis Indonesia edisi Rabu (31/8/2022), raihan laba Bank Sumut ditopang dari penyusutan pendapatan bunga sebesar 0,4 persen yoy menjadi Rp1,58 triliun. Beban bunga perseroan juga turun 24,7 persen yoy, dari Rp511,19 miliar menjadi Rp384,94 miliar. Alhasil, pendapatan bunga bersih Bank Sumut naik 11,1 persen yoy menjadi Rp1,19 triliun.
Hingga akhir Juni 2022, bank yang dikendalikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan porsi 46,22 persen ini tercatat menyalurkan kredit senilai Rp23,97 triliun. Kredit tersebut tumbuh 7,6 persen yoy dari semula Rp22,28 triliun. Sama halnya dengan pembiayaan syariah yang tercatat tumbuh 18,8 persen yoy, dari Rp2,01 triliun menjadi Rp2,39 triliun.
Dengan demikian, total aset yang dimiliki Bank Sumut ikut tumbuh menjadi Rp41,04 triliun. Itu naik 6,5 persen yoy dari semula bernilai Rp38,52 triliun.
Selanjutnya untuk pos liabilitas, Bank Sumut mampu menghimpun dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp34,42 triliun, naik 7,1 persen yoy dari sebelumnya Rp32,15 triliun. Kenaikan itu berasal dari dana murah atau current account saving account (CASA) berupa giro dan tabungan yang tumbuh 5 persen yoy dari Rp20,4 triliun menjadi Rp21,42 triliun.
Adapun, modal inti atau tier 1 yang dimiliki Bank Sumut juga mengalami pertumbuhan sebesar 11,3 persen yoy dari Rp3,62 triliun menjadi Rp4,03 triliun pada posisi akhir Juni 2022. Modal inti perseroan sudah memenuhi ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni memiliki modal inti minimum Rp3 triliun sebelum tahun 2024.
Baca Juga
Kemudian dari sisi rasio keuangan, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) Bank Sumut berada di level 2,90 persen (gross) dan 1,61 persen (net). Sementara untuk net interest margin (NIM) dan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) masing-masing sebesar 6,65 persen dan 75,26 persen.
Lalu untuk rasio profitabilitas return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) berada di level 2,21 persen dan 17,50 persen. Sementara itu, loan to deposit ratio (LDR) naik dari 75,55 persen menjadi 76,58 persen.