Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perbankan Tanah Air tetap percaya diri penyaluran kredit dapat tumbuh di tengah bayang-bayang inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan munculnya kekhawatiran kenaikan bahan bakar minyak (BBM) terhadap inflasi dan merambat ke rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) merupakan hal yang wajar. Yuddy mengatakan kendati demikian perbankan pada umumnya telah melihat hal ini dan telah memperhitungkan asumsi-asumsi makro tersebut dalam penyusunan rencana bisnisnya.
Kemungkinan pergeseran dana di masyarakat yang semula tersedia untuk tabungan menjadi lebih untuk konsumsi sehari-sehari karena kenaikan harga, telah diantisipasi oleh pemerintah melalui program-program kompensasi terhadap masyarakat yang terdampak. Dari sisi kredit, Yuddy optimistis pertumbuhan kredit masih akan tinggi dan target yang ditetapkan perusahaan dapat tercapai.
“Permintaan kredit kami masih melihat akan tetap tumbuh, khususnya pada kredit-kredit bersubsidi seperti KUR dan FLPP, dimana bank BJB juga sebagai penyalur untuk kedua program tersebut,” kata Yuddy kepada Bisnis, Senin (5/9/2022).
Yuddy juga optimistis dengan pertumbuhan kredit 9-11% sampai dengan akhir 2022. Di tengah upaya perseroan dalam memacu kredit, prinsip kehati-hatian tetap diutamakan dan dijaga.
Sementara itu Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah mengatakan perseroan masih mempelajari dampak kenaikan BBM terhadap usaha nasabah bank yang secara tidak langsung akan memberikan dampak terhadap bank.
Baca Juga
Kenaikan BBM tentu saja memberikan dampak negatif untuk semua bidang usaha, akan tetapi ada beberapa bidang usaha yang terkena dampak yang lebih besar yaitu sektor usaha yang punya ketergantungan tinggi terhadap penggunaan BBM dalam komponen biaya usahanya.
Adapun strategi perusahaan pada tahun ini dalam memacu kredit adalah dengan berfokus kepada kredit dalam jumlah besar dan ritel, disamping tetap menjaga penyaluran kredit untuk SME. “Tentu saja kami lebih selektif dengan memberikan kredit kepada sektor-sektor yang lebih defensif terhadap kenaikan harga BBM maupun inflasi sebagai akibat kenaikan harga BBM,” kata Efdinal.
Dia mengatakan sampai dengan Agustus 2022, kredit yang diberikan OK Bank tumbuh mencapai 34,77 persen apabila dibandingkan dengan posisi Akhir Desember 2021. Jumlah tersebut melampaui target yang ditetapkan perusahaan dalam rencana bisnis bank 2022 yaitu sebesar 26,92 persen.
“Kami optimis setidak-tidaknya jumlah kredit yang diberikan bank masih dapat tumbuh sampai dengan 35 persen sampai akhir tahun 2022,” kata Efdinal.
Presiden Direktur PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN) Herwidayatmo mengatakan masih masih terlalu dini untuk untuk menilai dampak dari kenaikkan BBM terhadap bisnis bank, termasuk NPL perbankan. “Kami masih amati dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM,” kata Herwidayatmo.