Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah Pemegang Saham Pengendali (PSP) PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) dan PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) disebut sudah siap untuk menjadi pembeli siaga atas miliaran saham yang diterbitkan BINA dan DNAR sehingga modal inti perusahaan dapat tembus di atas Rp3 triliun pada akhir tahun nanti.
Direktur Bank Oke Indonesia Efdinal Alamsyah mengatakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) OK Bank pada 11 Mei 2022 sudah menyetujui untuk melakukan HEMTD sebesar Rp500 miliar. Bank Oke berharap bahwa semua pemegang saham publik atau minoritas akan melakukan exercise. Dengan demikian, semua saham yang akan dikeluarkan akan terserap semua. Meski demikian Bank Oke Indonesia tidak ada strategi khusus dalam memasarkan saham barunya.
“Jika right issue tidak terserap semua, PSP kami yaitu APRO Financial Co., Ltd sudah menandatangani perjanjian untuk menjadi pembeli siaga alias standby buyer. Dengan kata lain, APRO Financial Co.,Ltd. akan mengambil semua saham yang tidak terserap oleh pasar,” kata Efdinal kepada Bisnis, Selasa (6/9).
Untuk diketahui, APRO Financial Co.,Ltd. saat ini mayoritas saham di Bank Oke dengan porsi kepemilikan saham sebesar 90,47 persen. Sementara itu porsi saham publik sebesar 8,5 persen dan Treasury Stock menggenggam 1,03 porsi saham di Bank Oke.
Baca Juga
Dia mengatakan Bank Oke sudah menyampaikan surat permohonan persetujuan kepada OJK Pasar modal pada Agustus 2022 dan diharapkan mendapatnya pernyataan efektif pada bulan ini. Dengan demikian, dana hasil HEMTD akan masuk pada Oktober 2022. Bank Oke menerbitkan 2 miliar saham baru sebagai upaya memenuhi modal inti.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu. Dia mengatakan Bank Ina masih dalam jalur proses rights issue untuk pemenuhan modal Rp3 triliun sampai akhir 2022 sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Perseroan memberikan kesempatan kepada existing pemegang saham dan masyarakat untuk dapat menyerap saham yang dikeluarkan. Bank Ina dikabarkan merilis 2 miliar saham baru untuk memenuhi ketentuan modal inti.
“Apabila tidak terserap, komitmen dari PSP untuk mengambil saham yang diterbitkan. Minimal dana yang diharapkan [terserap] Rp 1 triliun, sehingga pemenuhan modal sebelum akhir 2022 Rp3 triliun,” kata Daniel.
Saat ini PT Indolife Pensiontama masih menjadi pemegang saham terbesar di Bank Ina dengan kepemilikan porsi saham sebesar 22,47 persen, diikuti oleh PT Samudera Biru (17,56 persen), UOB Kay Hian Pte Ltd (17,42 Persen) dan masyarakat sebesar 15,14 persen.
Berkenaan dgn pemenuhan modal Bank dr Psp berkomitmen nambah modal shg total modal inti menjadi 3 T lebih pada bln sept 2022 klo proses persetujuan dr Ojk Pasar Modal blm selesai maka Ojk Perbankan akan membuat persetujuan pengakuan cadangan setoran modal sebagai modal inti untuk memenuhi pemenuhan modal inti Bank sesuai ketentuan
Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan ketentuan pemenuhan modal Rp3 triliun tidak akan berubah. OJK terus mendorong perbankan untuk memenuhi modal inti sesuai dengan Peraturan OJK No.12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan berdasarkan data terakhir terdapat 37 bank yang terdiri dari 24 bank umum dan 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang belum memenuhi ketentuan modal inti Rp3 triliun.
"Kami tidak akan mundur dari komitmen Rp 3 triliun [harus di akhir 2022], untuk BPD ada waktu 3 tahun sampai 2024," kata Dian di Jakarta, Senin (5/9/2022).
Sekadar informasi, POJK No.12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, mengharuskan bank umum untuk memiliki modal inti sebesar Rp3 triliun. Deadline bank umum adalah 2022. Sementara itu BPD memiliki tenggat hingga 2024.