Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hantu 'Inflasi', Asuransi Umum, & Bayang-Bayang Lonjakan Klaim

Inflasi yang melonjak bagaikan hantu menakutkan bagi asuransi umum. Pasalnya fenomena ekonomi akibat kenaikan harga barang ini membuat beban industri naik.
Direktur Eksekutif Forum Asuransi Kesehatan Indonesia (Formaksi) Dumasi Samosir (kiri)  memberikan penjelasan, usai penandatanganan kerja sama antara RS Premier Grup dengan 10 perusahaan asuransi swasta yang tergabung dalam Formaksi, di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Eksekutif Forum Asuransi Kesehatan Indonesia (Formaksi) Dumasi Samosir (kiri) memberikan penjelasan, usai penandatanganan kerja sama antara RS Premier Grup dengan 10 perusahaan asuransi swasta yang tergabung dalam Formaksi, di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perusahaan asuransi umum menyiapkan berbagai strategi dalam mengantisipasi potensi kenaikan klaim pada sejumlah lini bisnis di tengah bayang-bayang kenaikan inflasi yang berdampak pada membengkaknya klaim.

Direktur PT Asuransi Sinar Mas Dumasi MM Samosir mengatakan, kenaikan laju inflasi akan turut mendorong kenaikan beban klaim pada bisnis asuransi umum, terutama pada lini bisnis asuransi kesehatan dan asuransi kendaraan bermotor. Hal ini disebabkan komponen-komponen yang masuk dalam pertanggungan perusahaan asuransi, seperti obat-obatan dan sparepart kendaraan bermotor akan mengalami kenaikan harga akibat inflasi.

"Klaim pasti meningkat. Biasanya inflasi naik sedikit saja harga obat-obatan langsung naik, sparepart mobil langsung naik. Jadi memang mungkin akan banyak efeknya ke situ sih," ujar Dumasi kepada Bisnis, dikutip Minggu (11/9/2022).

Dia menuturkan, kenaikan klaim belum begitu terlihat sejauh ini. Namun, dia memperkirakan peningkatan klaim akan lebih terlihat pada kuartal IV/2022 dan tahun depan.

Guna mengantisipasi kenaikan klaim, Asuransi Sinar Mas pun telah menerapkan sejumlah strategi. Salah satunya dengan menyesuaikan tarif premi untuk produk asuransi kesehatan agar kinerja underwriting perusahaan dapat tetap terjaga.

"Di kesehatan kami sudah sesuaikan preminya. Kalau di mobil kan kami tidak bisa sesuaikan karena sudah standar, asuransi kebakaran juga begitu. Tapi di kesehatan bisa disesuaikan," kata Dumasi.

"Di kesehatan baru diomongin inflasi sedikit saja harga langsung naik. Jadi kami harus kelola kami punya underwriting dengan baik dengan cara sesuaikan premi. Apalagi kalau memang sudah sangat tipis rasio klaim dari account ini, sudah tinggi, kami pasti langsung loading premi untuk renewal-nya," imbuhnya.

Berbeda dengan asuransi kesehatan, perusahaan asuransi tidak bisa melakukan penyesuaian tarif premi pada asuransi kendaraan bermotor. Pasalnya tarif bisnis ini telah diatur oleh regulator. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kenaikan klaim pada lini bisnis asuransi kendaraan, Asuransi Sinar Mas memilih untuk menerapkan strategi pengendalian biaya.

"Pengendalian biaya contohnya di bengkel di mana kami bisa lakukan penghematan ataupun efisiensi. Kebetulan kami ada bengkel sehingga bisa lakukan efisiensi di sana dengan cara kami kerja sama dengan produsen cat [mobil] dari luar negeri yang bagus sekali dan sangat efektif, tidak perlu cat berulang-ulang. Kami cari teknik-teknik baru untuk dempul mobil. Ini bisa efisiensi dari sisi manpower dan waktu dalam pengerjaan," tutur Dumasi.

Senada, Vice Presiden Direktur PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia Nicolaus Prawiro juga mengatakan bahwa kenaikan laju inflasi dipastikan akan berdampak pada kenaikan beban klaim pada lini asuransi kendaraan bermotor.

"Pasti [naik]. Semua harga sparepart sudah naik dan biaya naker juga sudah naik, sedangkan tarif premi kendaraan bermotor sudah 5 tahun tidak berubah," kata Nicolaus kepada Bisnis.

Untuk mengantisipasi kenaikan klaim tersebut, kata Nicolaus, perusahaannya pun lebih berhati-hati dalam melakukan seleksi akseptasi risiko. Artinya, pihaknya harus pintar-pintar mendapatkan premi dengan loss ratio yang kecil.

Di sisi lain, imbuh Nicolaus, perusahaan juga akan memperbanyak jumlah rekanan leasing atau perusahaan multifinance untuk memperbesar perolehan premi asuransi kendaraannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper