Bisnis.com, JAKARTA - Gejolak kondisi dalam dan luar negeri berpotensi membuat penyaluran pembiayaan sindikasi oleh perbankan menjadi melandai. Terdapat sejumlah sektor potensial yang masih dapat digarap oleh bank.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan mengatakan proyeksi sindikasi dilakukan bank untuk menjaga batas maksimal penyaluran kredit sekaligus untuk berbagi risiko.
Dibandingkan dengan tahun lalu, kata dia, perbankan memiliki tantangan yang lebih kuat dalam penyaluran kredit sindikasi. Kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan kondisi volatilitas global yang berkepanjangan akan membuat bank makin selektif terlibat dalam proyek sindikasi.
“Mungkin tidak akan setinggi tahun lalu pertumbuhan kredit sindikasi [pada 2022],” kata Abdul, Senin (12/9/2022).
Dia mengatakan bank juga harus berhati-hati terlibat dalam pendanaan dengan menggunakan mata uang USD. Likuiditas USD perbankan, menurutnya, sangat kecil. Loan to deposits ratio melalui mata uang Amerika Serikat sudah sangat tinggi.
Jika bank tidak berhati-hati dalam menyalurkan kredit sindikasi dengan mata uang asing, dikhawatirkan akan menjadi masalah bagi bank tersebut pada kemudian hari.
Baca Juga
“Likuiditas USD bank akan makin rendah ketika LDR-nya makin tinggi,” kata Abdul.
Abdul berpendapat saat ini sektor yang paling banyak menerima kredit sindikasi adalah infrastruktur. Namun, ke depan sektor yang memiliki potensi adalah sektor yang berkaitan dengan proyek-proyek hilirisasi pemerintah, seperti pabrik nikel.
Kemudian, proyek-proyek sumber daya energi terbarukan juga potensial.
“Jadi dengan melakukan itu bank bisa menjadi agen perubahan. Kedua, mereka juga bisa mendapat return dari sana,” kata Abdul.
Sementara itu proyek-proyek yang perlu dihindari oleh perbankan dalam penyaluran kredit sindikasi, kata Abdul, adalah pembiayaan-pembiayaan yang tidak jelas proyeksinya ke depan.
“Ibu Kota Negara (IKN) jangan dahulu,” kata Abdul.
Sebelumnya, hingga tengah kedua September tahun ini, pembiayaan sindikasi perbankan dan lembaga keuangan telah mencapai US$16,61 miliar. Pada akhir September 2021, pembiayaan sindikasi tercatat sebesar US$17,13 miliar.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. masih menjadi penguasa pasar pembiayaan secara sindikasi dengan market share hingga 22 persen, disusul PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dengan market share sekitar 18 persen.