Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Diprediksi Naikan Suku Bunga Acuan, Ekonom Ungkap Pemicunya

Naiknya harga BBM menjadi salah satu pemicu naiknya suku bunga acuan BI.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diprediksi bakal menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang bakal digelar 21-22 September 2022.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan, BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada September 2022. 

Bhima menyebutkan, pemicu naiknya suku bunga BI salah satunya melihat rencana bank sentral AS untuk kembali menaikkan suku bunga secara agresif. 

Selain itu, lanjut dia, fluktuasi nilai tukar Rupiah lantaran Dolar yang semakin menguat perlu direspon dengan kenaikan suku bunga. 

“Ketiga yang paling penting adalah imbas naiknya harga BBM itu bisa memicu inflasi sampai 7 persen sampai akhir tahun. Jadi diimbangin dengan tingkat sukbung untuk menahan dana asing tidak keluar,” kata Bhima saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (20/9/2022).

Melihat beberapa pemicu tersebut, Bhima memperkirakan kemungkinan besar BI akan menaikkan 2-3 kali lagi suku bunganya hingga akhir tahun ini.

“Totalnya mungkin bisa sampai 4,5 persen suku bunganya ya di (BI7DRR) di akhir 2022,” ujarnya.

BI pada bulan sebelumnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, keputusan tersebut diambil sebagai langkah pre-emptive dan forward looking guna memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi dan inflasi volatile food.

Selain itu, juga memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper