Bisnis.com, JAKARTA - Pemain kredit digital dan bayar tunda atau paylater masih optimistis tetap bertenaga sepanjang kuartal IV/2022, kendati bakal menghadapi kondisi perekonomian menantang yang berpeluang menekan daya beli konsumen.
VP Marketing and Communications FinAccel Indina Andamari melihat sentimen negatif akibat kenaikan harga BBM dan potensi lonjakan inflasi berpotensi berpengaruh buat kinerja, tetapi masih bisa diimbangi dengan sentimen positif dari promo belanja di platform dagang-el (e-commerce).
"Mungkin kuartal IV/2022 tidak akan setinggi periode yang sama tahun-tahun sebelumnya, tetapi kami pastikan lebih baik ketimbang kuartal-kuartal sebelumnya. Karena pemain kredit digital seperti Kredivo begitu erat kaitannya dengan musim belanja akhir tahun," ujarnya ketika ditemui, Selasa (20/9/2022).
Indina optimistis bahwa periode promo dan diskon akhir tahun, terutama tanggal kembar atau akrab disapa Harbolnas, masih akan menjadi sentimen positif buat pihaknya. Hal ini pun sejalan dengan survei Kredivo terhadap 1,5 juta penggunanya yang bertajuk 'Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia' yang terbit per Juni 2022.
Laporan menyebut rata-rata nilai transaksi pengguna Kredivo per hari berkisar Rp294.000 sampai Rp322.000. Kategori gawai merupakan yang terbesar dengan rata-rata Rp1,2 juta, sementara yang terkecil berasal dari kategori pulsa dan voucher dengan nominal Rp57.000--Rp136.000.
Namun, apabila memasuki hari spesial belanja, angka transaksi harian tersebut bisa lebih tinggi hingga hampir dua kali lipat. Tepatnya, pada 11.11 bisa lebih tinggi sampai 1,99 kali lipat dan pada periode 12.12 bisa lebih tinggi sampai 1,9 kali lipat.
Pada hari-hari spesial tersebut, Kredivo mencatat kategori produk dengan jumlah transaksi tertinggi cenderung berasal dari fesyen dan aksesoris, pulsa dan voucher, serta kesehatan dan kecantikan. Sementara nilai transaksi tertinggi ditopang kategori gawai, fesyen dan aksesoris, serta kesehatan dan kecantikan.
"Ada kecenderungan konsumen memanfaatkan betul momen-momen promo akhir tahun tersebut, terutama pada tanggal kembar yang memang menjadi salah satu upaya e-commerce mencetak pertumbuhan. Jadi walaupun akan ada sebagian konsumen yang akan menahan belanja pada hari biasa, transaksi kami akan ikut terdongkrak ketika periode belanja," tambahnya.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda melihat dampak kenaikan BBM dan potensi lonjakan inflasi kemungkinan kecil membuat permintaan terhadap kredit digital dan paylater lesu.
"Kendati daya beli turun akibat inflasi, tapi belanja barang konsumsi masih bisa meningkat, karena justru akses terhadap paylater ini yang akan menjadi pendorong untuk menjaga minat belanja," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Terlebih, meredanya dampak pandemi terhadap berbagai sektor industri di Tanah Air memungkinkan perusahaan memberikan bonus gaji di akhir tahun ini. Oleh sebab itu, layanan paylater pun berpotensi menjadi solusi untuk para konsumen yang notebene terpaksa menahan belanja akibat terdampak kenaikan BBM.