Bisnis.com, JAKARTA - Platform pendanaan bersama (P2P lending) klaster produktif, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) mengamini akan ada peluang terjadinya lonjakan permintaan pinjaman di tengah kondisi ekonomi menantang.
Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Tambunan mengungkap bahwa secara umum pemain industri tekfin P2P memang berkemampuan menjaring segmen berisiko tinggi, seperti UMKM atau pelaku usaha perorangan.
Oleh sebab itu, di tengah gejolak kondisi perekonomian terkini, segmen pelaku usaha yang profil risikonya meningkat dan mulai dihindari lembaga keuangan konvensional berpeluang merapat ke platform tekfin pendanaan bersama.
"Untuk memanfaatkan momentum ini, Akseleran tetap akan menjaga bisnis pinjaman yang sustainable. Kami tidak akan agresif mengejar growth at all cost, sampai-sampai semua permintaan pinjaman kami akomodasi begitu saja. Akseleran tetap asesemen secara prudent, melihat kapasitas keuangan, utang aktifnya seberapa besar, dan riwayat kreditnya seperti apa," ujarnya kepada Bisnis, dikutip Senin (17/10/2022).
Sebagai gambaran, Akseleran memiliki fokus sebagai platform yang melayani pinjaman PO dan invoice pelaku UMKM, terutama kontraktor bidang konstruksi dan engineering, vendor pengadaan barang/jasa suatu entitas, pegiat jual-beli online, serta UMKM aneka jasa.
Sejak berdiri, Akseleran telah menyalurkan Rp5,81 triliun dari 200.231 pemberi pinjaman (lender) kepada 3.703 peminjam (borrower), di mana Rp2,16 triliun di antaranya merupakan kinerja sepanjang tahun berjalan.
Baca Juga
Adapun, outstanding pinjaman saat ini tersisa Rp566,32 miliar dari 1.248 peminjam aktif, dengan tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB90) masih bertahan di level 99,56 persen.
"Rasio kredit macet kami terjaga, karena kami tidak terlalu terdampak pemburukan kualitas borrower yang eksis. Salah satunya, karena rata-rata tenor pinjaman mereka hanya 3--6 bulan, mayoritas fasilitas pinjaman pun berupa invoicing. Ini membuat kami bisa menyesuaikan diri dengan cepat untuk lebih hati-hati terhadap borrower di segmen apa saja yang rentan dengan gejolak makro ekonomi ke depan," tambahnya.
Ivan menekankan bahwa potensi lonjakan permintaan pinjaman UMKM dalam kondisi menantang saat ini bukan berarti mencerminkan kondisi ekonomi UMKM tengah mengarah ke sisi negatif. Hal ini justru perlu disambut gembira, karena mencerminkan kegiatan perekonomian mereka terus bergeliat.
"Saya melihat UMKM di Indonesia masih belum begitu terdampak kondisi gejolak makro ekonomi. Terlebih, inflasi kita masih terjaga. Jadi permintaan pinjaman pelaku usaha itu tujuannya untuk bekerja lagi, bukan untuk sekadar bertahan hidup seperti era pandemi lalu," jelas Ivan.
Ke depan, Akseleran pun bakal menjaga gairah dari sisi lender untuk mengambil momentum potensi lonjakan permintaan pinjaman. Salah satunya, dengan memproteksi 90 persen pinjaman dengan asuransi kredit untuk memberi kenyamanan lebih, serta terus menjaring pelaku usaha berkualitas yang pembayarannya lancar dan bisa memberikan imbal hasil sesuai ekspektasi.
Sekadar informasi, saat ini 65 persen lender Akseleran merupakan perorangan, sementara 35 persen sisanya merupakan lender institusi yang mayoritas merupakan perbankan dalam negeri.
"Saat ini lebih dari 90 persen kampanye pendanaan kami tiap bulan itu disumbangkan lender langganan. Menurut kami, buat lender itu yang penting ada tiga hal. Pertama, ada piece of mind alias ketenangan. Kedua, platform punya user experience yang oke dan tidak ribet. Terakhir, platform punya kapasitas menjadi instrumen investasi alternatif dengan imbal hasil kompetitif," tutupnya.