Bisnis.com, JAKARTA — Marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) per kuartal III/2022 masih terkendali di tengah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Sebagaimana diketahui, BI pekan lalu (20/10/2022) telah mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) sehingga menjadi 4,75 persen. Pada dua bulan sebelumnya BI juga telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan dampak yang akan dirasakan perbankan dari kenaikan suku bunga acuan BI ini adalah NIM.
"Saat suku bunga acuan BI naik, bank memberikan bunga spesial besar kepada nasabah deposan. Itu kalau terlalu tinggi akan pengaruhi NIM," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (26/10/2022).
Meski begitu, berdasarkan laporan keuangan, NIM bank-bank besar masih terkendali dengan baik. NIM BCA mencapai level 5,13 persen pada kuartal III 2022, kontraksi tipis dari 5,17 persen dibandingkan dengan pada periode yang sama tahun lalu.
NIM BNI di level 4,80 persen per kuartal III 2022 naik 4 bps. Sementara, NIM Bank Mandiri konsolidasi naik 45 bps menjadi 5,42 persen.
Baca Juga
Per September 2022, emiten bank besar yang telah mengalami kontraksi NIM cukup dalam adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA). Bank melaporkan NIM turun 38 bps menjadi 4,62 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia pada Juli 2022 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank umum konvensional mencatatkan NIM 4,72 persen. Angkanya naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4,64 persen.
"Jadi, NIM Bank Mandiri, BCA, dan BNI itu masih cukup bagus. Kalaupun turun tipis, itu masih pada angka yang oke," ujarnya.
Di sisi lain, perbankan mesti berhati-hati dalam mengelola NIM pada tahun depan di tengah ancaman resesi global. "Ini akan berpengaruh ke demand, di mana sedikit orang menabung. Sementara, deposito dan giro menjadi semakin sedikit karena krisis. Masyarakat akan lebih senang memegang uang cash atau beli barang tidak untuk disimpan. Ini akan pengaruhi NIM walaupun tidak signifikan," ujarnya
Dalam mengelola NIM, perbankan juga perlu mengurangi bunga spesial bagi para nasabah deposan. Kemudian, perbankan bisa sedikit menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya. Dengan begitu, selisih margin akan terjaga dengan baik.
Sementara itu hingga kuartal III/2022, keempat emiten bank besar tersebut kompak melaporkan kenaikan tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA). BBCA naik 20 bps menjadi 3,69 persen, BBNI naik 97 bps menjadi 2,48 persen, BMRI naik 98 bps menjadi 3,4 persen, dan BNGA 24 bps menjadi 2,2 persen.