Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Bank Digital Masih Ada yang Rugi, Pengamat Beberkan Kunci Cuan

Sebanyak 2 dari 5 bank digital yang telah mempublikasikan laporan keuangan masih merugi, sedangkan sisanya telah mengantongi laba.
Ilustrasi daftar bank digital di Indonesia. /Freepik
Ilustrasi daftar bank digital di Indonesia. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak tiga dari lima bank digital yang sudah mengumumkan laporan keuangannya mencatatkan kinerja pertumbuhan laba yang pesat pada kuartal III/2022. Pengamat menilai, pendorong moncernya laba bank digital adalah bisnis yang efisien.

Adapun ketiga bank digital yang berhasil memperoleh laba yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), dan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO). Sementara, dua bank digital lainnya PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) masih merugi.

Berdasarkan laporan keuangan, BBHI mampu membukukan laba bersih sebesar Rp209,02 miliar pada kuartal III/2022. Perolehan laba dari bank digital besutan Chairul Tanjung itu melesat 812 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Bank Raya pun berhasil mencatatkan laba hingga Rp32,47 miliar pada kuartal III/2022 dari kondisi merugi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,83 triliun.

Selain itu, Bank Jago berhasil mencatatkan laba pada kuartal III/2022 mencapai Rp40,57 miliar. Raihan ini membalikkan posisi rugi yang dibukukan perseroan pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp32,6 miliar.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan faktor yang memengaruhi pertumbuhan pesat laba bank digital itu adalah efisiensi. "Bank digital tidak perlu memerlukan banyak manusia, sebagian besar diproses oleh mesin," ujarnya kepada Bisnis pada Senin (31/10/2022).

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, bank digital juga bisa mencatatkan kinerja pertumbuhan laba yang moncer karena memiliki ekosistem yang lengkap. "Ekosistem ini apabila sudah sepenuhnya berjalan bisa meningkatkan daya saing," ujarnya.

Selain itu, laba yang moncer juga seiring dengan keberhasilan bank digital mendulang pendapatan dari fee based income. "Transaksi yang menghasilkan fee based income akan menghasilkan keuntungan," katanya.

Allo Bank misalnya meraup Rp118,01 miliar dari fee based income yang melonjak lebih dari 183 kali lipat secara tahunan, sehingga laba operasional BBHI masih tumbuh, dari Rp23,7 juta per September 2021 menjadi Rp274,05 pada periode yang sama tahun ini.

Sebelumnya, sejumlah bank digital menyebutkan bahwa kinerja moncer mereka dipengaruhi oleh kolaborasi dan integrasi ekosistem yang kuat.

“Bank Jago percaya kolaborasi adalah cara yang efektif untuk memberikan produk dan layanan keuangan kepada nasabah serta membuat kami bertumbuh cepat dan efisien. Kami akan terus memperluas dan memperdalam kolaborasi dengan ekosistem yang sudah ada maupun yang baru,” ujar Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar.

Hingga akhir September 2022, Bank Jago telah berkolaborasi dengan 38 institusi, termasuk 32 mitra untuk partnership lending.

Sementara, Allo Bank memanfaatkan ekosistem dalam mendukung kinerja bisnis perseoran. “Kami telah mencapai banyak hal sebagai bank digital dengan terus mengoptimalkan ekosistem bisnis CT Corp, pemegang saham strategis kami dan bisnis ritel terkemuka lainnya di Indonesia,” ujar Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper