Bisnis.com, JAKARTA — Tercatat, ada belasan emiten bank kecil yang belum memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait modal inti minimum Rp3 triliun. Sejumlah emiten ini pun gencar di sisa waktu kurang dari 2 bulan untuk memupuk modal intinya.
Berdasarkan penelusuran Bisnis dari laporan keuangan per September 2022 dan sebagian per Juni 2022, pada Rabu (10/11/2022), ada 23 bank kecil yang belum memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp3 triliun. Dari 23 bank itu, 4 bank diantaranya yakni Bank BCA Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS), dan Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) masuk dalam kategori kelompok usaha bank (KUB).
Keempat bank ini hanya disyaratkan memenuhi modal inti Rp1 triliun berdasarkan aturan OJK, karena mengikuti bank induknya. Dengan begitu, yang belum memenuhi modal inti Rp3 triliun menjadi 19 bank. Kemudian, dari 19 bank itu, 15 bank merupakan emiten yang tercatat di bursa.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae telah mengatakan bahwa apabila bank tidak mampu memenuhi ketentuan modal inti, OJK menyiapkan sejumlah opsi. Pertama, bank akan dipaksa merger mengacu pada Peraturan OJK (POJK) tentang perintah tertulis, salah satunya agar memastikan ketentuan OJK dipenuhi.
Kedua, OJK akan menerapkan down grading bank untuk jadi bank perkreditan rakyat (BPR). Ketiga, self liquidation atau likuidasi oleh bank yang tidak mampu mencapai modal inti Rp3 triliun.
Ke-15 emiten bank yang belum memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp3 triliun pun gencar menjalankan sejumlah strategi, karena batas waktu yang tersisa kurang dari dua bulan lagi. Upaya memupuk modal inti diantaranya dilakukan dengan cara rights issue dan private placement. Berikut rangkuman strategi 15 emiten bank itu dalam memenuhi ketentuan modal inti:
1. Bank Oke (DNAR)
PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) menjalankan strategi rights issue guna memenuhi ketentuan modal inti Rp3 triliun. Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah mengatakan, Bank Oke telah selesai menjalankan rights issue pada bulan lalu.
“Kita sudah selesai rights issue dan sudah masuk dana setoran modal, kurang lebih Rp500 miliar. Saat ini kita masih menunggu persetujuan OJK untuk dicatat sebagai modal,” ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (9/11/2022).
Menurut Efdinal, dengan penambahan modal hasil dari rights issue itu, Bank Oke kini telah memenuhi ketentuan modal inti dari OJK minimum Rp3 triliun. “Modal inti kita sekarang per akhir Oktober sudah mencapai Rp3,47 triliun,” ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (9/11/2022).
Sedangkan, berdasarkan laporan keuangan per September 2022 sebelum rights issue, Bank Oke masih mencatatkan modal inti Rp2,96 triliun.
2. Bank Ina (BINA)
PT Bank Ina Perdana Tbk. atau Bank Ina (BINA), milik taipan Anthoni Salim ini juga menjalankan skema rights issue. Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu mengatakan rights issue Bank Ina sudah final. “Tinggal menunggu izin dari OJK,” ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (9/11/2022).
Berdasarkan prospektus di keterbukaan informasi, Bank Ina berencana melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 296,85 juta saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Sebelum melakukan aksi penambahan modal ini, emiten bersandi saham BINA telah mengantongi persetujuan dari pemegang saham lewat rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 3 Juni 2022. Lalu, perseroan menjadwalkan pelaksanaan rights issue pada 16 November 2022.
Adapun, harga pelaksanaan yang ditetapkan dalam aksi rights issue ini adalah sebesar Rp3.600–Rp4.200 per saham. Dengan demikian, dana segar yang akan diterima BINA adalah sebanyak-banyaknya Rp1,24 triliun.
3. Bank Nobu (NOBU)
PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) mengejar pemenuhan modal inti dengan menjalankan opsi rights issue. Bank Nobu kini tengah mencari investor strategis guna menyerap saham yang akan ditawarkan pada aksi korporasi tersebut.
"Perseroan akan melaksanakan RUPSLB dalam waktu dekat dengan dilanjutkan proses right issue," kata Direktur NOBU Januar Angkawidjaja dalam keterbukaan informasi pada bulan lalu (31/10/2022).
4. Bank Bumi Arta (BNBA)
PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) akan melakukan aksi tambah modal melalui mekanisme rights issue sebanyak 1,38 miliar saham dengan nilai nominal Rp100. Dalam keterbukaan informasi, bulan lalu (4/10/2022), manajemen Bank Bumi Arta menjelaskan hak memesan efek terlebih dahulu atau HMETD itu akan diperdagangkan mulai 21–25 November 2022.
5. Bank JTrust (BCIC)
PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC) telah menjalankan rights issue dan mengumumkan pada Agustus lalu bahwa jumlah saham baru yang terserap dalam aksi rights issue tersebut mencapai 3.967.539.928 saham. Penyerapan saham baru oleh investor ini di bawah rancangan perusahaan yang memproyeksikan 4.242.714.624 (4,24 miliar) saham baru dengan target dana Rp1,27 triliun.
Sementara, menurut manajemen, penambahan setoran modal dari pemegang saham pengendali bank pada September 2022 telah memperkuat posisi modal inti. “JTrust optimis dapat memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp3 triliun,” ungkap Direktur Utama J Trust Bank, Ritsuo Fukadai.
6. Bank Ganesha (BGTG)
PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) juga bakal menggelar aksi rights issue sebanyak 7,5 miliar saham dengan harga Rp120 per saham. Jumlah dana yang akan diterima perseroan dalam aksi korporasi ini maksimal Rp900 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen secara efektif menawarkan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau PMHMETD II ini pada 25 November 2022. Kemudian, perdagangan PMHMETD II akan digelar pada 9-15 Desember 2022.
7. Bank of India Indonesia (BSWD)
PT Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) telah mengumumkan rencana rights issue 1,2 miliar saham pada 7 Oktober 2022 lalu. Bank akan terlebih dahulu meminta persetujuan rights issue kepada pemegang saham melalui RUPSLB yang rencananya digelar pada 15 November 2022. Kemudian, bulan ini BSWD meralat penawaran rights issue mereka naik dua kali lipat menjadi 2,4 miliar saham.
8. Krom Bank Indonesia (BBSI)
PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) yang telah resmi berganti nama menjadi PT Krom Bank Indonesia Tbk. akan menambah permodalan dengan skema rights issue. Rencananya, saham di rights issue akan diperdagangkan pada 16–22 November 2022.
9. Bank Aladin Syariah (BANK)
PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) diketahui telah melaksanakan rights issue sebanyak 1.999.933.723 saham dengan harga pelaksanaan Rp2.000 tiap sahamnya. Jumlah saham yang akan diterbitkan itu mencapai 11,12 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
10. Bank MNC Internasional (BABP)
RUPSLB PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP atau MNC Bank) bulan lalu telah resmi menyetujui rencana aksi rights issue. Emiten Grup MNC tersebut berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 10,48 miliar saham seri B atau sebanyak 25 persen dari modal disetor setelah rights issue.
11. Bank Neo Commerce (BBYB)
PT Bank Neo Commerce Tbk. atau BNC (BBYB) juga tengah menggeber upaya memenuhi ketentuan modal inti Rp3 triliun melalui rights issue. Per September 2022, modal inti BBYB mencapai Rp2,25 triliun. Artinya bank membutuhkan setidaknya Rp750 miliar untuk mengikuti aturan OJK.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan saat ini perseroan telah merampungkan proses registrasi pelaksanaan rights issue dalam rangka pemenuhan modal inti. “Kami sedang menunggu persetujuan dari OJK, sehingga pemenuhan modal inti BNC akan tercapai di akhir bulan November ini,” katanya dalam keterangan tertulis pada Selasa (8/11/2022).
12. Bank Capital Indonesia (BACA)
PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) akan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMTD) atau private placement untuk mengejar modal inti. Berdasarkan keterbukaan informasi, Bank Capital akan meminta persetujuan terlebih dahulu kepada pemilik saham dalam RUPSLB. Sementara itu, RUPSLB perseroan akan diselenggarakan pada 16 November 2022 nanti.
Manajemen Bank Capital menjelaskan bahwa perseroan akan menggelar private placement sebanyak-banyaknya 19.946.980.337 saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
13. Bank Victoria (BVIC)
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, PT Bank Victoria Tbk. (BVIC) akan menggelar rights issue dengan jumlah sebanyak-banyaknya 5 miliar lembar saham. Pada saat bersamaan, perseroan juga menerbitkan waran maksimal 4,56 miliar lembar untuk memenuhi modal inti Rp3 triliun.
14. Bank Maspion (BMAS)
PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS) terus berupaya untuk menaikkan modal inti senilai Rp3 triliun sejak awal tahun ini, salah satunya melalui aksi korporasi berupa pengambilalihan saham BMAS oleh Kasikorn Vision Financial Company Pte. Ltd (KVF), anak usaha Kasikornbank Public Company Limited (KBank).
Bank Maspion juga telah melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 4,17 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham.
15. Bank Amar (AMAR)
Berdasarkan prospektus yang dirilis di Bursa Efek Indonesia, PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) berencana melakukan rights issue sebanyak 4,56 miliar dengan nilai nominal Rp100 per saham. Adapun harga pelaksanaan dipatok Rp280.
Tolaram selaku pemegang saham pengendali Bank Amar telah berkomitmen untuk menyerap 2,71 miliar saham yang menjadi haknya. Dengan harga pelaksanaan Rp280 per unit, Tolaram bakal menyuntikkan dana segar sekitar Rp759,65 miliar dalam aksi korporasi itu.