Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Gerak Industri Asuransi Syariah di Indonesia

Industri asuransi syariah diproyeksi masih akan stabil dengan sejumlah potensi baru yang bisa digarap meski ada benturan resesi yang mengadang pada 2023.
Direktur Eksekutif AASI Erwin Noekman (kiri), Ketua Dewan Asuransi Indonesia Tatang Nurhidayat (dua kiri) dan Ketua Panitia Hari Asuransi 2022 Retno Susanti (kanan)./Bisnis - Rika Anggraeni
Direktur Eksekutif AASI Erwin Noekman (kiri), Ketua Dewan Asuransi Indonesia Tatang Nurhidayat (dua kiri) dan Ketua Panitia Hari Asuransi 2022 Retno Susanti (kanan)./Bisnis - Rika Anggraeni

Bisnis.com, JAKARTA – Industri asuransi syariah diproyeksi masih akan stabil dengan sejumlah potensi baru pada 2023 mendatang. Proyeksi pertumbuhan ini sejalan dengan menguatnya ekonomi nasional pada kuartal III/2022 yang mencapai 5,72 persen secara tahunan.

Direktur Eksekutif AASI Erwin Noekman menuturkan bahwa pertumbuhan ini akan terus berlanjut hingga penutupan buku 2022 dengan proyeksi pada aspek kontribusi berupa premi yang akan menembus pertumbuhan dobel digit.

Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mencatatkan industri asuransi syariah mengalami pertumbuhan baik dari sisi aset maupun kontribusi klaim sampai dengan kuartal III/2022. Dari sisi aset misalnya, sektor asuransi syariah mengalami kenaikan sebesar 3 persen secara tahunan menjadi Rp44,990 miliar. Pertumbuhan juga terjadi pada kontribusi bruto yang menjadi Rp19,958 miliar, naik 18,13 persen dibandingkan dengan kuartal III/2021.

Meski optimistis, terdapat kekhawatiran terhadap anggaran yang diperkirakan akan mengalami pengetatan pada periode 2023, imbas dari produk ritel di industri asuransi syariah yang masih sangat mendominasi.

“Dan apabila kebijakan belanja di rumah tangga diperketat [tight money policy], maka kemungkinan bisa berimbas bagi perolehan new business asuransi jiwa syariah, namun bagi renewal policy sepertinya tidak akan banyak berpengaruh,” kata Erwin kepada Bisnis, Kamis (17/11/2022).

Beberapa potensi baru yang bisa menjadi lahan baru di sektor asuransi syariah, salah satunya proyek pembangunan infrastruktur untuk mendukung Ibu Kota Negara (IKN) hingga proyek lain seperti kereta api cepat. 

“Tidak bisa kita pungkiri pembiayaan-pembiayaan infrastruktur tersebut bersumber dari sukuk dan halal atau mungkin dari hibah,” ujarnya.

Erwin mengatakan bahwa sejumlah proyek tersebut membutuhkan asuransi. Artinya, industri asuransi syariah memiliki peluang untuk bisa masuk ke sana. Selain itu, ungkapnya, belum lama ini AASI menandatangani kerja sama dengan Islamic Insurance Association of London untuk menjembatani anggota supaya bisa membuka peluang proteksi reasuransi atau retrosesi syariah.

“Jadi apabila ada proyek-proyek yang membutuhkan penjaminan uang besar, itu nanti bisa dibantu di pasar asuransi syariah yang ada di London,” tuturnya.

Meski diadang rasa pesimis, Erwin menyampaikan asuransi syariah memiliki prospek yang cerah, terbukti dengan beberapa dekade sebelumnya, di mana industri keuangan syariah lebih tahan banting dan stabil dibandingkan dengan industri konvensional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper