Bisnis.com, JAKARTA – Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) melanda sejumlah perusahaan di industri teknologi, mulai dari PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) hingga Ruangguru. Lantas bagaimana dengan nasib bank digital?
Manajemen GOTO diketahui telah melakukan PHK terhadap 1.300 karyawan atau setara 12 persen dari total karyawan yang dimiliki. Adapun perusahaan rintisan atau startup edutech Ruangguru juga mengumumkan adanya PHK terhadap ratusan karyawannya.
Mengacu laporan keuangan GOTO per kuartal II/2022, beban gaji dan imbalan karyawan perusahaan mencapai Rp7,41 triliun atau naik 103 persen secara tahunan year-on-year (yoy). Sebagai catatan, GOTO baru akan merilis laporan keuangan kuartal III/2022 pada 21 November mendatang.
Jika dikomparasikan, jumlah tersebut cukup kontras dengan pertumbuhan beban tenaga kerja yang dibukukan enam emiten bank digital hingga kuartal III/2022.
Berdasarkan data yang diolah Bisnis, Sabtu (19/11/2022), sebanyak enam emiten bank digital membukukan beban tenaga kerja Rp934,87 miliar pada kuartal III/2022.
Adapun enam emiten bank digital itu adalah PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR), PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK), dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).
Bank Raya Indonesia, selaku anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), tercatat menjadi bank digital dengan beban tenaga kerja tertinggi yakni Rp227,51 miliar. Angka ini meningkat 32 persen secara yoy.
Di urutan kedua ada Bank Jago yang membukukan beban tenaga kerja sebesar Rp203,54 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 55 persen secara tahunan.
Urutan berikutnya dihuni oleh Bank Neo Commerce dengan beban tenaga kerja Rp179,89 miliar. Ongkos karyawan dari emiten berkode saham BBYB ini meningkat 64 persen yoy.
Meski meningkat, Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan masih terus melakukan rekrutmen untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM).
“Kami sendiri justru lagi rekrut banyak orang. Mungkin bisa dilihat dari Linkedin resmi kami, yang masih mencari beberapa posisi kosong,” ujar Tjandra saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Tjandra juga menyampaikan bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan SDM, penambahan karyawan juga dilakukan untuk menjaga kantor cabang yang dimiliki oleh emiten berkode saham BBYB ini. Tercatat perseroan masih memiliki sekitar 9 kantor cabang.
“Kami masih maintain beberapa cabang, ada sekitar 8 atau 9 cabang yang istilahnya kami tidak mengurangi karyawan justru beberapa kalau kami perlu upgrade, kami tambah orang,” tuturnya.
Sementara itu, Bank Aladin Syariah yang dinahkodai Dyota Marsudi, menjadi bank digital dengan kenaikan beban kerja tertinggi pada kuartal III/2022. Emiten berkode saham BANK ini mencatatkan beban tenaga kerja Rp107,26 miliar, naik 116 persen yoy.
Di posisi paling buncit ada emiten bank digital besutan konglomerat Chairul Tanjung, yakni Allo Bank. Beban tenaga kerja yang dipikul emiten bersandi BBHI ini menjadi yang terkecil dengan besaran Rp54,08 miliar atau naik 45 persen secara tahunan.
Beban tenaga kerja di 6 emiten bank digital per kuartal III/2022
Daftar | Kuartal III/2022 (miliar rupiah) | Kuartal III/2021 (miliar rupiah) | Year-on-Year (persen) |
Bank Raya Indonesia (AGRO) | 227.513 | 172.869 | 32 |
Bank Jago (ARTO) | 203.546 | 131.443 | 55 |
Bank Neo Commerce (BBYB) | 179.895 | 109.826 | 64 |
Bank Amar (AMAR) | 162.570 | 126.241 | 29 |
Bank Aladin Syariah (BANK) | 107.260 | 49.578 | 116 |
Allo Bank (BBHI) | 54.089 | 37.353 | 45 |
Total | 934.873 | 627.310 | 49 |